Potensi Besar Kebutuhan Pasar, Distan Giatkan Budidaya Cabe
*Koomoditas Hortikultura
- penulis Dinas Pertanian Kobar
- Kamis, 31 Oktober 2024
- dibaca 28 kali
MMC Kobar - Budidaya cabe kini menjadi salah satu sektor pertanian yang semakin diminati oleh para petani di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar). "Cabe, yang merupakan salah satu komoditas inflasi di Indonesia, terus mengalami peningkatan permintaan di pasar lokal," ungkap Kepala Dinas Pertanian, Kris Budi Hastuti, Kamis (31/10).
Topik seputar budidaya cabe inilah yang dikupas tuntas oleh Rejoko pada zona edukasi stan Distan Kobar Expo. "Meningkatnya permintaan cabe mendorong para petani dan pengusaha agribisnis untuk mengembangkan teknik budidaya cabe yang lebih efisien dan produktif," terang Rejoko.
(Baca Juga : DLH Kobar Gelar Gerakan Bersama Penanaman Pohon dan Aksi Pungut Sampah di Pantai Tanjung Penghujan)
Dibalik rasanya yang pedas ternyata cabe memiliki banyak sekali kandungan nutrisi yang sangat baik bagi tubuh anda. Ini tentunya tidak hanya untuk melengkapi kadar nutrisi dalam tubuh saja tetapi kandungan nutrisi pada cabe juga memiliki banyak manfaat yang lain. Mulai dari segi kesehatan hingga kecantikan.
Kandungan Nutrisi Cabe, yakni Kalori, Natrium, Kalium, Karbohidrat, Serat, Protein, Kalsium, Magnesium, Zat besi, Vitamin A, B6, B12, C, dan D. Dengan banyaknya nutrisi yang ada dan banyaknya penggemar makanan pedas membuat maraknya bisnis di bidang makanan dan jajanan pedas. Dan ini tentunya juga sangat menguntungkan para petani cabe, dan kita bisa meniru metode pananaman cabe itu di rumah.
Di lapangan, berbagai upaya peningkatan produksi cabe terus dilakukan, mulai dari pemilihan bibit unggul, pemanfaatan teknologi pertanian modern, hingga metode budidaya yang ramah lingkungan.
"Sekarang ini banyak digunakan bibit unggul yang lebih tahan hama. Selain itu, penggunaan pupuk organik dan teknik irigasi tetes sangat membantu meningkatkan produktivitas tanaman cabe," ungkap Rejoko.
Selain pengembangan teknologi, sosialisasi dan pelatihan kepada petani juga menjadi faktor penting. Dinas Pertanian mengadakan bimbingan teknis mengenai budidaya cabe, termasuk penanganan hama dan penyakit yang kerap menyerang tanaman ini, seperti antraknosa, busuk buah, serta serangan kutu daun.
"Kami berharap petani bisa lebih memahami teknik budidaya yang baik, mulai dari persiapan lahan, pemilihan varietas yang sesuai, hingga cara perawatan yang tepat, sehingga petani bisa mendapat keuntungan yang lebih baik," ujar Kris.
Selanjutnya Kris menyampaikan bahwa tantangan terbesar budidaya cabe adalah fluktuasi harga yang kadang tidak stabil. Namun, dengan perencanaan yang baik serta manajemen risiko yang tepat, budidaya cabe tetap menjadi pilihan utama bagi banyak petani.
"Pemerintah daerah juga terus mendorong stabilitas harga cabe di pasar dengan berbagai kebijakan dan program dukungan untuk petani," jelas Kris.