Lomba Permainan Tradisional Balogo Warnai Festival Budaya Isen Mulang 2025
- penulis Dispora Kobar
- Senin, 19 Mei 2025
- dibaca 19 kali

MMC Kobar – Permainan tradisional Balogo, yang cukup dikenal di beberapa wilayah Indonesia khususnya di Kalimantan Tengah, kembali digelar dalam rangkaian Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) Tahun 2025. Lomba yang berlangsung di UPT Museum Balanga pada Senin (19/5) ini memperlihatkan semangat dan sportivitas tinggi dari para peserta.
Balogo, yang termasuk dalam olahraga tradisional dan kerap diperlombakan pada hari besar seperti Hari Ulang Tahun Kabupaten dan Provinsi Kalimantan Tengah, kini juga menjadi bagian dari agenda festival budaya provinsi. Permainan ini tidak hanya sebagai ajang kompetisi, namun juga sarana pelestarian budaya warisan leluhur.
(Baca Juga : Paskibra Kobar Latihan Pengambilan Bendera Merah Putih)
Menurut wasit Karuhei, tujuan lomba ini adalah menghidupkan kembali nilai-nilai budaya lokal. “Penilaian dalam permainan Balogo didasarkan pada siapa yang paling banyak menjatuhkan logo (tempurung kelapa berbentuk segitiga), maka dia akan mendapatkan poin terbanyak,” jelas Karuhei.
Pada pertandingan hari ini, Tim Putra Balogo dari Kotawaringin Barat (Kobar) kalah dari tim Lamandau dengan skor 28-14. Sedangkan Tim Putri Balogo Kobar berhadapan dengan Tim Pulang Pisau dan berakhir seri hingga babak adu penalti lempar koin, yang akhirnya dimenangkan oleh tim Pulang Pisau. Meski kalah, tim Kobar tetap menunjukkan semangat juang tinggi dan usaha terbaik dalam bertanding.

Balogo sendiri dimainkan oleh dua tim, masing-masing terdiri dari 3-4 orang. Permainan menggunakan logo yang terbuat dari tempurung kelapa berbentuk segitiga, yang dipukul dengan campa atau tongkat kecil dari bambu atau kayu. Satu tim bertugas memasang logo sebagai target, sementara tim lawan bertindak sebagai penyerang yang mencoba menjatuhkan logo dari jarak tertentu dalam waktu 10-15 menit untuk mendapatkan poin.
Pada FBIM 2025, tim putra berasal dari 13 kabupaten/kota di Kalimantan Tengah, sementara tim putri berasal dari 12 kabupaten/kota. Pertandingan berjalan seru dengan teknik dan strategi tinggi, menghibur para penonton yang hadir hingga ratusan orang, menciptakan suasana tegang layaknya pertandingan sepak bola.
Diharapkan, Balogo dapat dikenal lebih luas hingga ke tingkat nasional, bahkan menjadi ajang perlombaan nasional. Menang dan kalah bukan menjadi hal utama, melainkan pelestarian budaya dan pengenalan permainan khas Kalimantan Tengah kepada masyarakat luas agar tetap lestari dan dikenal sepanjang masa.
Selain menjadi bukti kreativitas masyarakat Dayak dalam mengolah hasil hutan menjadi permainan tanpa limbah, lomba Balogo juga menjadi ajang silaturahmi dari berbagai daerah di Kalteng. Filosofi Huma Betang, yaitu hidup berdampingan dan harmonis di tengah perbedaan, tercermin saat para peserta saling berpelukan dan mengesampingkan hasil lomba usai pertandingan. (Jhr/Dispora Kobar)
