Menkominfo Ajak Siapkan Keahlian Baru Hadapi Revolusi Industri 4.0
- penulis Muhammad Agusta Wijaya
- Sabtu, 26 Mei 2018
- dibaca 491 kali
Yogyakarta, Kominfo - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengajak seluruh Bangsa Indonesia untuk menyiapkan diri dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0. Menurutnya, setiap orang bisa membekali diri dengan keahlian baru dalam menghadapi disrupsi teknologi yang terjadi.
"Disrupsi teknologi ini, tak perlu dirisaukan karena justru berpotensi membuka lapangan pekerjaan yang baru. Revolusi Industri ke-4 ini pasti akan datang tapi tidak usah khawatir. Caranya dengan antisipasi apa yang akan terjadi dengan menyiapkan skill set baru,” ujar Menteri Kominfo Rudiantara dalam Pengajian Ramadhan 1439 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kamis malam (24/05/2018).
(Baca Juga : Pengumuman Penerimaan Calon Anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK))
Menteri Rudiantara menyatakan masyarakat harus jeli dalam mencari celah peradaban industri keempat ini agar lapangan pekerjaan yang ada tidak mudah tergerus. Ia juga menegaskan agar masyarakat jangan takut untuk sulit mendapatkan pekerjaan, namun sebaliknya, dalam memasuki Revolusi Industri 4.0 masyarakat harus mampu membuka peluang-peluang dunia kerja baru.
"Agar Indonesia mampu menghadapi Revolusi Undustri 4.0, masyarakat harus mampu mengikuti perkembangan dan menguasai teknologi, teknologi harus menjadi budak kita, bukan kita yang menjadi budak teknologi," tandasnya.
Menteri Kominfo menyebut negara-negara Eropa yang paling terkena dampak signifikan akibat berdampak dari revolusi ini. “Kita itu bukan negara seperti Jerman. Jerman itu industrinya hampir 50%, makanya kenapa ini tumbuhnya di Eropa? Ya untuk menggantikan orang-orang. Kalau kita kan hampir 20% saja, mungkin ada yang terganti tapi tidak sedrastis di Eropa,” tambahnya.
Dalam acara bertema Revolusi Industri 4.0: Makna dan Implikasi dari Keadaban Bangsa, Menteri Kominfo mengilustrasikan marketpace E-commerce yang nyatanya merekrut ratusan orang untuk melayani konsumennya. Pelayanan jasa dalam bisnis online ini disebutnya sebagai kompetensi kapasitas yang baru dalam revolusi industri keempat.
“Saya ambil contoh Shopee, e-commerce. Saya ketemu yang punya, ngobrol, ternyata karyawannya banyak terutama customer service. Saya kaget, kok banyak amat 500 orang khusus customer service saja,” tegasnya.
Bangun Budaya Literasi
Dalam kesempatan itu, Menteri Kominfo menyampaikan di tengah pesatnya perkembangan dunia digital dan media sosial, masyarakat harus cerdas dalam menerima dan menyebarkan pesan atau informasi.
"Banyak konten negatif yang saat ini tersebar di media sosial, untuk itu dibutuhkan peran Muhammadiyah sebagai gudangnya ilmu agama islam untuk menandingi konten-konten negatif tersebut dengan konten positif dan mencerdaskan," katanya.
Selain itu, Rudiantara juga berharap peran Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) dan juga Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) untuk menumbuhkan budaya literasi di daerah-daerah.
"Untuk menindak kejahatan di media sosial yang paling konkret saat ini yaitu dengan peningkatan literasi, peran Muhammadiyah di daerah-daerah sangat dibutuhkan untuk meningkatkan budaya literasi ini," ucap Rudiantara.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir saat membuka pengajian Ramadhan 1439 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan bahwa, dalam relasi digital yang berkembang saat ini, empati dan faktor rasa mulai tergerus di dalam kehidupan bermasyarakat.
Kehadiran dunia digital, kata Haedar mengutip Fukuyama, telah membawa dunia pada era disrupsi. “Dengan adanya era digital saat ini mengakibatkan kejahatan digital, porak-poranda institusi keluarga, pudarnya ikatan pernikahan, adanya hubungan sosial yang rusak. Inilah yang disebut dengan era disrupsi,” katanya.
Haedar mengingatkan bahwa bukan media digital yang salah, tetapi manusia yang tidak bisa mengelola dan memanfaatkan teknologi informasi itulah sumber masalah yang sebenarnya. "Aspek penyiapan mental manusia inilah yang perlu dibenahi. Sehingga tidak tergantung dan terserap oleh teknologi. Tidak mencerabut budaya dan nilai-nilai keadaban," tegasnya.
Haedar Nashir mengatakan, menghadapi perkembangan teknologi dan media sosial saat ini kita harus mengetahui bagaimana menghadirkan dan memanfaatkan dakwah berkemajuan melalui media sosial.
"Kita harus mampu menghadirlan dakwan dengan melampaui kecerdasan teknologi. Dimulai dari menyebarkan pesan dakwah positif kebaikan, ini akan menjadikan suasana tenang," ucap Haedar.
Oleh karena itu, Haedar mengajak warga Muhammadiyah untuk menghadirkan dakwah yang proaktif, dakwah lil muwaja'ah. "Mubaligh Muhammadiyah harus mampu menyusun konten yang mencerahkan, membawa alam pikiran maju dan kebajikan dengan pola yang tidak sekedar normatif," jelas Haedar.
Haedar menegaskan bahwa agama harus menjadi solusi, agama menjadi jadi oase yang menyejukkan. "Pesan islam harus didesain menyejukkan, dan Muhammadiyah perlu hadir. Lewat spiritualisasi, Muhammadiyah bisa menembus kalangan menengah ke atas. Menyediakan sajian ruhani yang memenuhi dahaga keilmuan dan keagamaan," ucap Haedar.
Diakhir Haedar mengatakan, sudah saatnya nilai-nilai keadaban digital yang bersumber pada Ihsan, harus ditampilkan karena membawa nilai kebaikan. (ABP)