Integrasi Sawit Sapi Kurangi 20 Persen Biaya Rawat

Administratur PT GSIP-AMR Pande Nyoman Sukarta menerima plakat kenang-kenangan dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara di Ruang Meeting PT GSIP-AMR, Kamis (30/8). (Syarif HD)

MMC KOBAR - Untuk mendapatkan pengetahuan dalam membangun pertanian di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), pada Kamis (30/8), Pemerintah Provinsi Kaltara bersama Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kaltara yang membidangi Pertanian, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulungan dan Pemkab Malinau melakukan kunjungan studi tiru pola integrasi sawit sapi di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), dan juga melakukan peninjauan lapangan ke PT GSIP-AMR yang merupakan salah satu perusahaan swasta pengembang pola integrasi sawit sapi yang cukup besar di Wilayah Kalimantan.

Administratur PT GSIP-AMR Pande Nyoman Sukarta saat dimintai keterangan mengatakan, bahwa integrasi sawit sapi telah memberikan dampak positif bagi perkebunan kelapa sawit, selain peningkatan bahan-bahan organik di kebun yang berasal dari limbah sapi baik limbah padat maupun limbah cair, sekaligus juga telah menyumbang penurunan biaya rawat sebesar 20 persen.

(Baca Juga : Pemkab Kobar Dorong Pengembangan Wisata )

Meskipun demikian, beliau mengatakan dengan meningkatnya bahan-bahan organik di kebun dari limbah sapi tersebut tidak serta merta mengurangi biaya  pupuk. Karena untuk standar operasional pemupukan di perkebunan adalah dengan menggunakan analisa daun. Berdasar hasil laboratorium analisa daun tersebut nantinya manajemen akan merekomendasikan jumlah dan jenis pupuk yang harus diaplikasikan. “Masih panjang prosesnya untuk mengatakan bahwa bahan-bahan organik berhasil menurunkan cost pupuk,” ungkapnya.

Akan tetapi beliau menegaskan bahwa dengan adanya peningkatan bahan organik di kebun kelapa sawit telah memperbaiki struktur dan kualitas tanah di kebun kelapa sawit. Hanya saja berapa persen peningkatannya belum dapat dikalkulasikan secara rinci, perlu penelitian yang lebih mendalam. Yang jelas terukur adalah bahwa dengan pola integrasi sawit sapi yang berjalan selama dua tahun ini, telah mengurangi biaya rawat sebesar 20 persen. “Meskipun prosentasenya kecil tapi itu sangat berarti,” katanya.

Penurunan biaya rawat ini terjadi karena perusahaan sudah tidak menggunakan tenaga weeding untuk membersihkan gulma, tetapi cukup dilakukan oleh sapi-sapi yang dilepaskan di blok-blok kelapa sawit.

Dengan adanya kunjungan dari Provinsi Kaltara, Pande Nyoman Sukarta merasa bahwa keberadaan integrasi sawit sapi yang ada PT GSIP-AMR mendapatkan tempat dan apresiasi dari masyarakat. Meskipun beliau sendiri merasa belum sukses. Pande Nyoman Sukarta berharap dengan adanya studi tiru ini PT GSIP-AMR dapat memperoleh manfaat yang baik kedepannya nanti.

Dengan berkembangnya pola integrasi sawit sapi ditempat lain seperti Kaltara misalnya, tentunya akan berdampak positif terutama bagi PT AMR Livestock. Dimana selama ini indukan harus import dari Australia, kedepannya diharapkan dapat dihasilkan sendiri oleh PT AMR Livestock, sehingga daerah lain yang membutuhkan indukan sapi tidak perlu mengimpor dari Australia, akan tetapi cukup dari Kabupaten Kobar, khususnya di PT AMR Livestock. Hal ini tentu saja akan menekan biaya impor indukan yang cukup signifikan dari sisi bisnis bagi daerah yang mengembangkan integrasi sawit sapi dengan skala besar. (Syarif HD/DTPHP)