Inovasi dan Kolaborasi Bangun Infrastruktur TIK Indonesia

Jakarta, Kominfo - Inovasi dan kolaborasi antarpihak menjadi kunci keberhasilan pembangunan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia. Saat ini Pemerintah sudah berinisiatif dengan membangun Proyek Palapa Ring Barat, Tengah dan Timur. Selanjutnya, operator telekomunikasi diharapkan operator bisa memaksimalkan kehadiran infrastruktur itu untuk menghadirkan ekonomi digital di remote area.

“Indonesia masih harus banyak mengejar ketertinggalan untuk ketersediaan infrastruktur di remote area. Kita ada rencana pita lebar Indonesia, target-target yang harus dicapai ada disitu. Untuk fixed broadband memang butuh banyak inovasi dan kolaborasi dari semua pihak agar tingkat penetrasi yang masih 7,87% bisa ditingkatkan menjadi double digit seperti diseluler,” jelas Benyamin Sura, Direktur Pengembangan Pitalebar Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam Diskusi bertema Indonesia Toward Digital Paradise yang digagas Indonesia LTE Community di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (24/05/2018). 

(Baca Juga : Pj Bupati Budi Santosa Coffe Morning dengan PWI Kobar di Kantor Kesbangpol)

Ketika membawakan sambutan mewakili Menkominfo Rudiantara, Benyamin Sura memaparkan data capaian wilayah pedesaan yang sudah tersentuh oleh jaringan internet pita lebar berbasis 3G mencapai 73.02% dari total 83.218 desa/kelurahan. Sementara untuk cakupan jaringan 4G LTE, baru mencapai 55.05% saja. Pemerintah sendiri mengharapkan pada tahun 2019 mendatang, 100% wilayah desa/kelurahan sudah harus terjangkau jaringan 3G. 

"Untuk seluruh wilayah kabupaten/kota yang berjumlah 514, pada tahun depan diharapkan sudah harus 100% tercover oleh jaringan 4G LTE. Saat ini baru 64%-nya saja yang sudah tercover," tambahnya. 

Direktur Utama BP3TI Anang Latif mengungkapkan, dengan adanya Palapa Ring Barat, pembangunan jaringan internet di wilayah rural semestinya bisa dipercepat lagi. Ia pun menyebutkan adanya kebutuhan kolaborasi dengan pemerintah daerah dan semua pemangku kepentingan agar gairah ekonomi digital bisa dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.  

“Program utama BAKTI adalah BTS, Satelit multifungsi, Ekosistem, Penyiaran, Palapa ring, akses internet. Sebagai pengelola dana USO ada investasi yang dilakukan, pengelolaan dana hasil investasi tersebut digunakan untuk penyiaran. Dibutuhkan satelit dengan cost per bandwidtnya yang berharga murah. BAKTI bukan operator, kita menyediakan sistem atau skema yang dapat digunakan dan bekerjasama oleh perangkat pemerintahan daerah,” jelas Anang Latif. 

Direktur Palapa Ring Barat Syarif Lumintarjo menyatakan Palapa Ring Barat sudah terbangun dan beroperasi sejak Maret 2018. Hal itu seiring dengan penerimaan trial dan PO yang dilakukan. Paket yang digelarnya ada dalam paket yang membentang dari Dumai hingga Singkawang.

“Palapa Ring Barat didukung oleh pemerintah Indonesia melalui Kemkominfo (BP3TI). Didukung oleh sumber daya yang memiliki pengalaman dalam bidang serat optik dan Industri ICT,” jelasnya seraya menambahkan agar operator telekomunikasi dapat berkolaborasi sehingga mempermudah dan menghemat biaya operator.

Dalam kesempatan yang sama, Agus Witjaksono, VP Network Deployment Telkomsel, menyatakan bahwa pihaknya tetap konsisten mendukung upaya Pemerintah dalam Program USO. 

“Sebagai operator seluler milik bangsa Indonesia, Telkomsel merasa bertanggung jawab untuk mempersatukan negeri secara berkesinambungan dengan terus membangun dan membuka akses layanan telekomunikasi di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu yang kami lakukan, bekerjasama dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika, adalah dengan menyediakan akses telekomunikasi seluler bagi masyarakat di wilayah pelayanan universal telekomunikasi dan informatika atau yang lebih dikenal dengan Universal Service Obligation (USO),” paparnya.

Hal senada juga diungkapkan Larry Ridwan, Direktur Utama PT Sampoerna Telekomunikasi (NET1), bahwa NET1 bisa jadi solusi penyebaran area density rendah tersebut karena coverage yang luas, dan area yang dimasukin juga punya kebutuhan jaringan misalkan perkebunan, tambang dan lain sebagainya. Bahkan untuk wilayah perairan atau laut sudah siap untuk menyediakan jaringan 4G LTE. 

“Kita jadi operator pertama di Indonesia yang memegang frekuensi 4G LTE di jaringan 45 Mhz. 450Mhz rendah dan sinyalnya jauh bisa mencapai 100 km, teknologinya sudah 4G LTE. Ini sudah berbeda dengan jaman Sampurna telekomunikasi sebelumnya karena standarnya sudah 4G LTE sekarang ini. Sebenarnya ada posisi di market untuk jaringan ini, untuk menargetkan apakah B to C retail atau B to B. Untuk retail kita akan jalankan namun yang kita tunggu adalah kolaborasi dengan pihak lain, vendor dan ISP lain,” jelas Larry Ridwan.

Ia menerangkan hingga saat ini NET1 sudah ada 600 site, meskipun kecil namun jangkauannya paling luas. Perangkat sudah ada tersedia dan kita memang sudah beredar di daerah pinggiran Indonesia.  Berkaitan dengan Program USO, dilihat dari segi ekonomisnya memang diakui bahwa area gegografiis Indonesia memiliki medan yang berat terutama di area rural. Masuknya satu site di sebuah kabupaten di pelosok, densitas penduduknya itu sangat kecil, bisa jadi area 1km hanya 10 orang saja. 

“Namun, melalui Program NET1 untuk pemberdayaan masyarakat yang bernama Locate NET1. Disini kami bisa berkolaborasi dengan pihak lain yang terkait untuk memperluas jaringan dari palapa ring tersebut. Keunggulan dari NET1, jika operator lain butuh titik lebih banyak misalkan 10 maka NET1 hanya butuh 1 titik saja,” tegasnya,  

Untuk layanan USO sendiri XL yang diwakilkan oleh Hasanudin Farid, Head of Technology Strategy XL Axiata, menjelaskan bahwa perusahaan telah melakukan banyak hal untuk daerah terdepan, terluar dan tertinggal yang ada di seluruh pelosok Indonesia. Karena peningkatan broadband akan meningkatkan perekonomian masyarakat Tanah Air. 

“Agar harga murah diperkotaan kita butuh inovasi teknologi 4G dan 5G sehingga dapat memberikan akses internet yang lebih baik dan murah bagi masyarakat. XL membangun jawa dan luar jawa dan sekarang kita mengembangkan luar jawa. Ada 93% populasi tercover dan terus diperluas. 416 kota kabupaten,” jelasnya. *