Saatnya Belajar Lebih Selektif Beri Data Pribadi

Jakarta, Kominfo - Teliti dan hati-hati bisa menjadi kunci melindungi data pribadi. Sudah selayaknya setiap orang mampu melindungi data pribadinya dan tak mudah percaya atas informasi yang diterima.  

Suyono, Guru SMK Muhammadiyah 1 Playen Yogyakarta menyoal masih maraknya penipuan melalui telepon. “Saya pernah ditipu melalui telepon, penipuan dengan modus anak saya mengalami kecelakaan. Lalu ketika saya cek, anak saya tidak mengalami kecelakaan apapun. Yang membuat saya heran adalah mengapa penipu itu tahu secara detail info pribadi mengenai keluarga saya? Dan kenapa data center facebook kok bisa sampai bocor?” tanyanya dalam sesi Kunjungan Industri SMK Muhammadiyah 1 Playen Yogyakarta di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Selasa (24/04/2018).

(Baca Juga : Pemkab Kobar Terima Santri Darul Ilmi untuk Jalani Pengabdian di Masyarakat)

Pengelola Data Center Pusat Data dan Sarana Informatika Kementerian Kominfo Kusnadi menyebut apa yang dialami oleh guru SMK Muhammadiyah Playen I Yogyakarta itu sebagai bagian social engineering. "Dalam dunia TI itu dikenal namanya information gathering. Pengumpulan data dengan cara mendapatkan informasi dari profil dan melalui pendekatan seperti bertanya langsung bahkan melalui observasi," jelasnya.

Soal data pengguna Facebook, Kusnadi menyatakan hal yang sebenarnya terjadi bukan kebocoran melainkan penyalahgunaan data pengguna. "Sebenarnya, data Facebook bukan bocor atau dicuri, lebih tepatnya disalahgunakan oleh rekanan Facebook yang bekerja sama dengan aplikasi-aplikasi lainnya. Ketika mereka sudah bekerja sama, aplikasi lain akan tahu data atau informasi kita," tegasnya. 

Bagaimana hal itu bisa terjadi, Kusnadi menjelaskan hal itu bisa karena kelalaian pengguna sendiri. “Dengan kita registrasi saat membuat akun facebook, pertanyaan muncul apakah anda setujui untuk memberikan data dan informasi terkait profil pribadi, lalu kita setuju dengan syarat dan ketentuan tersebut," tambahnya. 

Dihadapan sekira 75 orang siswa dan guru pendamping, Kusnadi mengingatkan agar setiap orang mampu melindungi data pribadinya dan tak mudah percaya atas informasi yang diterima.  Ia menyebut adanya pembagian zona aman dan tidak aman.

“Zona aman berada di diri kita masing-masing sedangkan zona tidak aman berada diluar diri kita. Apapun yang datang dari luar adalah zona tidak aman (tidak terpercaya) sebelum kita memverifikasinya dan memvalidasinya. Secara psikologis, ketika menerima kabar buruk mengenai anak, orang tua pasti langsung khawatir daripada berfikir terlebih dahulu, itulah mengapa orang tua cepat mempercayainya tanpa dikroscek kembali kebenarannya,” jelasnya.

Kunjungan 75 Siswa-siswi SMK Muhammadiyah 1 Playen Yogyakarta diterima oleh Biro Humas Sekretariat Jenderal Kementerian Kominfo. Acara itu diawali dengan sambutan Kepala Bagian Publikasi Achmad Nizar yang menjelaskan tentang tugas dan fungsi satuan kerja di lingkungan Kementerian Kominfo. Selain itu dari Biro Humas hadir pula Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan Eka Yani Harianto. (SINA)