Yadi: Prostitusi Masalah Klasik dengan Alasan Kemiskinan

MMC KOBAR - Prostitusi merupakan masalah klasik sejak adanya peradaban manusia, dan sampai sekarang masih belum dapat dihilangkan keberadaannya, hanya bisa ditekan seminimal mungkin. Salah satu alasannya ialah kemiskinan.

“Alasan klasik seseorang menjadi PSK adalah masalah ekonomi yang dikaitkan dengan kemiskinan, karena miskin seseorang jadi nekat untuk melacurkan diri,” kata Kepala Dinas Sosial Kobar Ahmad Yadi pada sosialisasi pasca penutupan lokasi prostitusi di Kabupaten Kobar, Selasa (30/10).

(Baca Juga : Gubernur Kalteng dan Bupati Kobar Hadiri acara Pelepasan Ekspor RBD Olein)

Sosialisasi tersebut berlangsung di Aula Kantor Kecamatan Arut Selatan, Pangkalan Bun.

Lanjut Yadi, apabila seseorang miskin, tetapi mempunyai keimanan yang kuat, maka orang tersebut tentu tidak akan menjerumuskan diri keperbuatan negatif termasuk melacurkan diri.

“Ini perlunya penanaman nilai agama dan keimanan kepada diri dan masyarakat dengan melibatkan tokoh-tokoh agama dan masyarakat yang ada di wilayah Kobar,” ujarnya.

Yadi pun menambahkan, sosialisasi ini juga untuk mendukung dan  menyukseskan kampanye Indonesia Bebas Prostitusi 2019 serta sebagai tindak lanjut pasca penutupan lokasi prostitusi yang telah dicanangkan oleh Menteri Sosial RI pada 15 Mei 2018 di Kabupaten Kobar.

“Ini juga untuk Indonesia Bebas Prostitusi tahun 2019, dan Kobar maju 1 tahun pencanangannya, yang dihadiri Menteri Sosial RI, dengan menutup 3 lokasi prostitusi, di Dukuh Mola, Sungai Pakit dan Simpang Kodok, dan jumlah PSK yang dipulangkan sebanyak 62 orang ke daerah asal,” imbuhnya.

Sosialisasi pasca penutupan lokalisasi di Kabupaten Kobar diikuti sebanyak 90 peserta dari lintas sektor, baik pemerintah maupun swasta, yakni Komisi A DPRD, Polres, Satpol PP Damkar, Kodim, SOPD, Camat, Lurah/Kepala Desa se-Kota Pangkalan Bun, pemilik hotel/penginapan, pemilik barakan, tokoh masyarakat, tokoh agama dan juga tokoh pemuda. (*)