Tekan AKI dan AKB, Dinkes Kobar Gelar Workshop Audit Maternal Perinatal

Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Kobar, drg. Akhmad Faozan mewakili Kepala Dinas Kesehatan, memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan Workshop Audit Maternal Perinatal (AMP) di aula Dinkes Kobar, Kamis (8/4).

MMC Kobar - Dalam rangka membantu dan mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) menggelar Workshop Audit Maternal Perinatal (AMP) Kabupaten Kobar Tahun 2020 pada Kamis (8/4) di aula Dinas Kesehatan. Kegiatan ini baru dilaksanakan pada Tahun 2021 dikarenakan pada bulan November tahun 2020 kasus Covid-19 dikobar sangat tinggi, oleh karena itu kegiatan ini sempat tertunda.

Kegiatan ini menghadirkan 3 orang narasumber yang berkompeten di bidangnya, yakni Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Sultan Immanudin (RSSI) dr. Diah Erma Prita Santi, M.Biomed, Sp.A, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi RSSI dr. Martiana Larasati, SpOG, dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Sultan Immanudin dr. Novi Widjaja, Sp. PD., FINASIM.

(Baca Juga : Bupati Kobar Ajak Generasi Muda Aktif Dalam Mengisi Pembangunan)

Peserta Workshop AMP ini sebanyak 36 orang, terdiri dari 18 bidan puskesmas se–Kobar dan 18 orang dokter umum di wilayah kerja puskesmas se-kobar yang tentunya kegiatan ini dilaksanakan sesuai Protokol Kesehatan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020.

Kepala Dinas Kesehatan Kobar melalui Kabid Sumber Daya Kesehatan drg. Akhmad Faozan menyampaikan bahwa kegiatan AMP berupa ouput tentang AKI dan AKB yang ada di kobar. “Tujuan kegiatan ini kita sama-sama belajar agar kasus angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Kobar tidak meningkat,” tutur Faozan.

Pada tahun 2022, lanjut Faozan, Kobar merupakan Kabupaten dengan lokus untuk kegiatan stunting dan kegiatan penurunan AKI dan AKB, sehingga hal ini harus menjadi cikal bakal untuk kegiatan pada tahun berikutnya, karena pada tahun sebelumnya AKI dan AKB di Kobar cukup tinggi.

“Ini harus bisa menjadi bahan perhatian, jika bisa kolaborasi antara Poned (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar) kebidanan di tingkat dasar dengan Poned untuk tingkat emergency khusus dengan rumah sakit mungkin kasus-kasus AKI dan AKB bisa kita kurangi,” pungkasnya. (dinkeskobar/irawan)