September, Kobar Alami Tingkat Kekeringan Tinggi

Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Iskandar Klas III Kobar, Slamet Riyadi (kanan) sedang menjelaskan prakiraan kondisi iklim dan cuaca di wilayah Kabupaten Kobar saat ditemui di kantornya, Rabu (15/8). BMKG Stasiun Meterologi Iskandar Klas III Kobar memprediksi mulai awal September hingga Oktober, wilayah Kabupaten Kobar akan mengalami musim kemarau dengan tingkat kekeringan tinggi. (Humas Diskominfo Kobar)

MMC KOBAR -  Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meterologi Iskandar Klas III Kotawaringin Barat (Kobar) memprediksi mulai awal September hingga Oktober nanti wilayah Kobar akan mengalami musim kemarau dengan tingkat kekeringan tinggi.

“Menurut prediksi kami (pen: BMKG), musim kemarau di wilayah Kabupaten Kobar terjadi pada pertengahan bulan Juli, itu awal musim kemarau, sampai bulan Oktober pertengahan nanti. Puncak musim kemarau itu sendiri akan diprediksi terjadi pada bulan September nanti, September itu bisa terjadi sangat kering,” ujar Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Iskandar Klas III Kobar, Slamet Riyadi saat ditemui di kantornya, Rabu (15/8).

(Baca Juga : Dukung kelancaran Rangkaian Kegiatan Hari Jadi ke-63 Kobar, Dishub dan Satlantas Lakukan Gatur Lalin)

Slamet menjelaskan, secara umum musim kemarau di wilayah Kobar, pada beriode bulan Juli, Agustus sampai September merupakan kondisi musim kemarau yang normal, “Jadi tidak terlalu ekstrim, seperti kasus yang terjadi pada tahun 2015.”

Lebih lanjut, Slamet mengatakan dengan kondisi seperti ini, keterkaitannya dengan kewaspadaan kebakaran hutan dan lahan (karlahut) di wilayah Kobar, BMKG Stasiun Meterologi Iskandar Klas III Kobar telah melakukan pemetaan daerah berpotensi terjadinya kekeringan dan rawan karlahut yang tersebar di enam kecamatan.

“Untuk di wilayah Kobar, beberapa daerah memang cukup rawan karlahut, terutama daerah-daerah yang memang dengan kondisi lahan gambutnya yang agak dalam. Seperti pada data historis, daerah yang cukup rawan terjadi karlahut adalah Kecamatan Arut Selatan, Kecamatan Kotawaringin Lama dan Kecamatan Kumai,” katanya.

BMKG sendiri sudah merilis informasi melalui website bmkg.go.id mengenai potensi karlahut, baik pada hari itu sampai dengan prakiraan lima hari kedepan. “Tetapi, potensi karlahut yang di release oleh BMKG adalah berdasarkan parameter cuaca, dalam hal ini mengabaikan faktor manusia,” imbuh Slamet

Melihat hal ini, Slamet mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk mewaspadai kemungkinan bencana karlahut. Dengan kewaspadaan yang tinggi, dampak bencana kabut asap yang menggangu kesehatan dan aktivitas masyarakat dapat dihindari.

“Yang pasti saat ini kita sudah memasuki musim kemarau. September nanti semakin kering dibandingkan pada Agustus ini. Kami mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai, tidak melakukan aktivitas pembukaan lahan melalui pembakaran, karena seandainya mulai terbakar, tentu akan meningkatkan dampak resiko bencana kabut asap,” imbaunya. (Humas Diskominfo Kobar)