Balai Bahasa Provinsi Kalteng Gelar Diskusi Kelompok Terpumpun Tentang Bahasa Daerah di Kobar

Diskusi Kelompok Terpumpun yang digelar Balai Bahasa Provinsi Kalteng membahas Bahasa Daerah di Kobar, Kamis (17/9).

MMC Kobar - Balai Bahasa Provinsi Kalteng menggelar Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotawaringin Barat (Kobar) yang diwakili Assisten Perekonomian dan Pembangunan Setda dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud).

Kegiatan DKT tersebut merangkul narasumber tokoh adat dan tokoh masyarakat Kobar serta akademisi dari Universitas Palangka Raya. DKT berlangsung kurang lebih 6 jam yang dilaksanakan di Hotel Arsela Pangkalan Bun, Kamis (17/09).

(Baca Juga : Delapan Pelajar Kobar Ikuti OSN Tingkat Nasional di Padang)

Pemkab Kobar mendukung semua upaya dalam rangka melestarikan bahasa daerah yang ada di Kobar. Langkah konkrit Pemkab Kobar dalam hal ini tetap melakukan pembinaan terhadap bahasa daerah yang dimiliki oleh masing-masing desa yang tersebar di seluruh Kobar, melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Dengan demikian, harapannya para anak cucu generasi masa depan akan selalu ingat dan mahir berbasa daerah yang Kobar miliki. Ada beberapa bahasa daerah dengan dialek beraneka ragam yang ada di Kobar, diantaranya bahasa Mendawai, Melayu, Kotawaringin dan Tomun.

Dalam sambutan Sekretaris Daerah Kobar yang dibacakan Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Edy Rahman menyisipkan sedikit tentang asal usul Kobar yang islami dan berkarakter khas pada bahasa daerahnya yang berbeda dengan daerah lain. Ada beberapa orang yang menyebut bahasa Kotawaringin, Taringin, Kutaringin. Hal ini merupakan hanya dialek dalam penyebutannya saja. Tetapi bahasanya tetap sama, yaitu bahasa Kotawaringin.

“Bahasa daerah yang kita miliki merupakan ciri khas pembeda bahwa kita berasal dari Kobar, dimana dari semua kabupaten/kota di Kalteng, hanya Kobar yang berbahasa daerah dipengaruhi oleh latar belakang Kesultanan Islam, yaitu Kesultanan Kotawaringin”, tutur Edy Rahman.

Situasi diskusi antara narasumber dan peserta sangat menarik. Narasumber dari tokoh adat dan budaya, Gusti Mas Fajri membawa dokumen kesultanan sebagai pendukung penentuan nama bahasa daerah Kobar. Kemudian narasumber dari akademisi Universitas Palangka Raya, Prof Dr. Petrus Poerwadi, M.Si menampilkan data penelitian bahasa dan dialek daerah yang digunakan masyarakat Kobar tahun 2018, termasuk Seloka.

Gusti Abdul Jabar dari tokoh masyarakat Kotawaringin Lama juga mengemukakan bahwa bahasa Kotawaringin sering banyak digunakan oleh masyarakat Kotawaringin Hilir, Kotawaringin Hulu, Kampung Baru, Kampung Raja, Rungun dan Lalang.

Sementara itu, H.M. Rosihan Pribadi selaku Kepala Dinas Dikbud Kobar sangat mengapresiasi dengan kegiatan DKT tersebut demi terpeliharanya ragam Kobar dalam bahasa. Ia berharap nantinya pendidikan di Kobar mempunyai muatan lokal bahasa daerah Kobar sendiri dalam kurikulum pembelajarannya.

“Disamping itu pula, saya berharap anak-anak muda di wilayah Kobar tidak malu menggunakan bahasa daerah sendiri, tidak ikut-ikutan bahasa gaul/daerah orang,” ucap Rosihan.

Forum DKT tersebut menghasilkan kesepakatan bahwa Kobar akan membuat kamus bahasa Kotawaringin, yang mana akan dikawal oleh Balai Bahasa Provinsi Kalteng dan para tokoh adat serta tokoh masyarakat. Pada sesi penutupan Ketua Balai Bahasa Provinsi Kalteng, Valentina Lovina Tanate, M.Hum sangat berterima kasih kepada Pemkab Kobar, khususnya kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang telah mendukung acara DKT tersebut sukses.

“Salah satu tanggungjawab Pemerintah Daerah adalah memikirkan bahasa daerahnya agar tetap terus lestari. Hal ini terkait dengan UU No 24 Tahun 2009,” pungkas Valentina. (humas disdikbud kobar)