25 PPL Ikuti Demfarm Buka Lahan Tanpa Bakar

Koordinator PPL Kobar, Dindin Syarifudin (jaket coklat) sedang menaburkan mikroba ke dalam tanah yang sudah ditugal pada kegiatan penelitian Demonstrasi Usaha Tani (Denfarm) yang dirancang oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian Republik Indonesia di Desa Kumpai Batu Atas, Rabu (15/8). (DTPHP)

MMC KOBAR - Kecenderungan masyarakat khususnya petani untuk membuka lahan pertaniannya dengan membakar lahan menjadi permasalahan pelik untuk dipecahkan. Bahkan dalam beberapa tahun belakangan ini, Indonesia menjadi sorotan dunia akibat kabut asap pembakaran lahan yang menyebabkan pencemaran lingkungan. Mengantisipasi hal tersebut, sebanyak 25 Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari jajaran Penyuluh Pertanian Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) mengikuti penelitian Demonstrasi Usaha Tani (Demfarm) yang dirancang oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian Republik Indonesia pada Rabu (15/8) di Desa Kumpai Batu Atas.

Koordinator PPL, Dindin Syarifudin yang ditemui disela-sela kegiatan mengatakan, bahwa pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) diharapkan akan menjadi solusi bagi petani di Kabupaten Kobar, karena pembukaan lahan dengan cara membakar selain melanggar peraturan juga memiliki dampak yang sangat nyata terhadap kerusakan lahan dan lingkungan. “Dari sisi ekonomi PLTB pasti akan menambah biaya produksi,” tandasnya. Namun, beliau melanjutkan, meskipun biaya produksi tinggi hal ini tidak menjadi persoalan bagi petani manakala produksi dan produktivitas usahanya meningkat, “Kehadiran pemerintah daerah memberikan solusi atas adanya tambahan biaya mutlak diperlukan disamping pengawalan dan pendampingan,” imbuhnya.

(Baca Juga : Survey Parkir di Jalan Pangeran Antasari Pangkalan Bun untuk Bahan Evaluasi Optimalisasi PAD)

Proses PLTB pada penelitian ini menggunakan mikroba untuk melapukkan materi-materi sampah yang ada di lahan-lahan pertanian, dengan cara dimasukkan ke dalam tanah dengan cara ditugal terlebih dahulu. Dalam paparan singkatnya sebelum kegiatan penugalan, peneliti mengemukakan bahwa upaya pelapukan biomasa yang dilakukan yaitu dengan memanfaatkan mikroba yang ada di lokal Kobar, dengan demikian diharapkan perpaduan mikroba lokal dan mikroba yang sudah ada di laboratorium akan lebih efeketif karena memilki kesesuaian dengan biomasa yang akan dilapukan, Peneliti juga mengatakan bahwa mikroba tersebut sampai saat ini belum memiliki nama sehingga masih memungkinkan untuk menggunakan nama-nama lokal daerah sehingga dapat menambah kekayaan lokal.

Dindin Syarifudin menambahkan bahwa penelitian sebagai Demfarm selain di Desa Kumpai Batu Atas, juga di lakukan di Kelurahan Kotawaringin Hilir Kecamatan Kotawairingin Lama dan Desa Sebuai Kecamatan Kumai. Beliau berharap bahwa keberhasilan penelitian ini nanti dapat segera ditularkan ke petani di Kobar sehingga kekhawatiran adanya pencemaran lingkungan akibat pembakaran lahan tidak terjadi lagi. (DTPHP)