Tingkatkan Kapasitas Masyarakat Untuk Optimasi Ekonomi Digital Indonesia

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Mohammad Rudy Salahuddin dalam Indonesia Digital Economy Summit 2018 di Jakarta International Expo, Jakarta (24/10/2018). (AYH)

Jakarta, Kominfo - Ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan mencapai nilai USD 130 Juta pada tahun 2020. Nilai itu setara dengan 12 persen GDP Indonesia pada tahun 2020. Tentu saja nilai ekonomi digital itu akan terwujud jika seluruh pelaku ekonomi dapat meningkatkan kapasitas dengan dukungan pemerintah dalam mengoptimasikan teknologi digital.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Mohammad Rudy Salahuddin mengatakan tingkat penetrasi internet di Indonesia sudah cukup tinggi hampir 55% dari total penduduk atau populasi di Indonesia. Kondisi itu dinilai Salahuddin sebagai potensi besar untuk mengembangkan ekonomi digital.

(Baca Juga : Diskominfo Kobar Gelar Sosialisasi Membangun Meta Data Sektoral)

“Dengan jumlah tersebut, Indonesia memiliki potensi besar dalam kegiatan ekonomi digital, namun demikian pemanfaatan internet saat ini didominasi untuk kegiatan media sosial. Adopsi digital oleh UMKM di Indonesia juga masih relative rendah,” ujarnya dalam Indonesia Digital Economy Summit 2018 di Jakarta International Expo, Jakarta (24/10/2018).

Mengutip hasil riset Deloitte Tahun 2015 hanya sekitar 9 % dari UMKM Indonesia yang telah menjalankan bisnis mereka melalui platform ecommerce formal dan sekitar 36% UMKM masih belum menggunakan teknologi informasi sama sekali. “Hal ini sangat disayangkan karena pemanfaatan digital  oleh UMKM dapat meningkatkan pendapatan hingga 38% secara umum dan mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 2%,” ungkap Salahuddin.

Oleh karena itu, Salahudin menilai adopsi dan pemanfaatan digital untuk sektor produktif masih terus perlu didorong agar dapat memperoleh manfaat yang lebih besar. "Peningkatan kapasitas masyarakat dalam memanfaatkan teknologi digital merupakan kunci dalam memperoleh nilai tambah dan meningkatkan daya saing di era digital ini," tandasnya.

Rudy Salahuddin mengatakan di sektor retail, pemanfaatan teknologi digital atau e-commerce telah berkembang sangat pesat. “Dalam studinya, McKinsey memproyeksikan bahwa perdagangan online  di Indonesia akan tumbuh hingga delapan kali lipat dalam kurun waktu lima tahun yakni dengan nilai transaksi sebesar USD 8 Miliar pada Tahun 2017 akan tumbuh menjadi sekitar USD 55 sampai 65 Miliar pada tahun 2022. Proyeksi ini merupakan potensi yang sangat besar untuk dicapai,” katanya.

Namun Rudy mengatakan yang perlu menjadi perhatian adalah ecommerce di Indonesia saat ini masih sangat eksklusif dan terkonsentrasi di Pulau Jawa. “Aktivitas ecommerce masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dan komoditas yang diperdagangkan sebagian besar masih berupa komoditas tersier. Kami mendorong perkembangan ecommerce dapat lebih luas agar manfaatnya dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat,” jelasnya.

Meskipun demikian, Salahuddin mengapresiasi perkembangan ecommerce saat ini mulai meluas ke beberapa sektor perekonomian. "Tentunya perkembangan sektor perekonomian ini masih menemui berbagai tantangan seperti konektivitas, adopsi digital, dan lain sebagainya. Namun kami percaya bahwa dukungan pelaku usaha dan komitmen kami selaku pemerintah akan dapat menyelesaikan tantangan tersebut dan memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat,” tuturnya optimistis.

Perkuat Talenta Digital

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyatakan saat ini pemerintah tengah berupaya meningkatkan talenta digital sebagai isu yang besar dan dihadapi oleh semua negara. “Kami telah memetakan isu-isu yang terkait untuk mencapai 130 juta dollar. Salah satu isunya adalah talent. Isu tersebut tidak hanya di Indonesia. Ketika saya berdiskusi dengan G20 pada bulan Agustus 2018 di Argentina, semua anggota negara G20 juga mempunyai persoalan yang sama dengan isu talent,”  ujarnya saat pembukaan acara. 

Menurut Rudiantara, Kementerian Kominfo beserta ekosistem telah menciptakan Program Digital Talent. Program itu akan mengembangkan talenta digital teknis dari sumberdaya manusia di Indonesia dengan melibatkan perusahaan besar seperti Microsoft dan Cisco.

"Mereka membuat silabus. Kita menyiapkan universitasnya. Tahun depan akan bekerja sama dengan 20 universitas di Indonesia. Jadi kita menggunakan ruangan dan pengajar kampus. Silabusnya mencakup teknologi revolusi industri 4,0; cloud computing, robotic, artificial inteligents. Beda universitas beda spesialisasi,” jelasnya.

Rudiantara mengatakan tahun ini sudah dimulai untuk menciptakan 100o Talenta Digital. “Untuk tahun 2018 kita menciptakan talent project. Kelas telah dimulai minggu lalu dengan 1000 partisipan. Partisipan bisa dari lulusan SMK, D3, atau S1. Untuk tahun ini umur tidak boleh lebih dari 29 tahun. Untuk tahun depan, saya akan menurunkan batas umurnya karena kita ingin lebih kepada generasi muda. Untuk tahun ini kami punya 1000 dengan lima top universitas. Partisipan yang mendaftar lebih dari 40.000 partisipan,” jelasnya. (PS)