Support Kepemimpinan Transformatif dan Inovatif di Era Digitalisasi

MMC Kobar - Perkembangan sumber daya manusia diharapkan mampu mengimbangi perkembangan jaman yang sangat cepat khususnya di bidang teknologi. Era digitalisasi telah memberikan dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam dunia bisnis, pemerintahan, pendidikan, dan pelayanan publik. 

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat telah mengubah cara kita berinteraksi, bekerja, dan mengakses informasi. Digitalisasi telah menciptakan peluang baru dan menghadirkan tantangan yang kompleks dalam berbagai sektor. Teknologi menjadi pusat perhatian dan menjadi pendorong utama perubahan. Inovasi dan transformasi digital telah mengubah cara kita berkomunikasi, berbelanja, mendapatkan layanan publik, dan bahkan mencari pekerjaan. 

(Baca Juga : Tingkatkan Kualitas Koperasi Kelapa Sawit, Disperindagkop UKM Kobar dan Agriterra Gelar Pendampingan Manajemen Internasional)

Internet, perangkat mobile, big data, kecerdasan buatan (artificial intelligence), dan teknologi lainnya telah menciptakan ekosistem digital yang terkoneksi dan memberikan akses tanpa batas ke informasi dan layanan. Namun, penerapan digitalisasi dalam pelayanan publik juga menghadirkan tantangan. 

Tidak semua masyarakat memiliki akses yang sama terhadap teknologi digital, dan kesenjangan digital dapat memperburuk ketidaksetaraan akses terhadap layanan publik. Selain itu sumber daya manusia didalam organisasi tersebut belum semuanya siap untuk bertransformasi kearah digitalisasi. 

Dalam kerangka ini, kepemimpinan transformatif dan inovatif menjadi kunci dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang dihadirkan oleh era digitalisasi. Pemimpin yang mampu menggabungkan pemahaman tentang teknologi dengan visi strategis dan kemampuan untuk menggerakkan perubahan akan dapat membawa perubahan yang positif dalam pelayanan publik.

Kepemimpinan transformatif dan inovatif dalam pelayanan publik sangat penting dalam menghadapi perubahan dan memenuhi tuntutan masyarakat yang semakin kompleks. Masyarakat yang sudah terbiasa dengan kemudahan pelayanan yang cepat dan instan harus mampu diakomodir penyelenggara negara dalam hal ini pemerintah untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih mudah, cepat dan efisien bagi masyarakat. 

Meninggalkan pelayanan model lama yang terkesan lambat, menghabiskan waktu dan cenderung membutuhkan biaya yang tinggi. Kepemimpinan transformatif diharapkan mampu membawa perubahan yang signifikan dalam menciptakan visi yang inspiratif, sementara kepemimpinan inovatif berfokus pada pengembangan ide-ide baru dan solusi kreatif.

Pemimpin harus memiliki visi yang jelas tentang bagaimana digitalisasi dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi pemerintahan. Mereka harus mampu mengembangkan strategi yang tepat untuk mengimplementasikan teknologi digital dengan baik. Selain memiliki visi yang jelas pimpinan juga harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi yang cepat dan mendorong inovasi didalam organisasi. Mereka harus terbuka terhadap ide-ide baru dan berani mengambil risiko untuk menerapkan teknologi yang baru dan relevan. 

Pemimpin harus memiliki pemahaman yang baik tentang teknologi digital dan tren terkini. Mereka harus dapat mengenali dan memahami potensi teknologi yang ada, serta dapat memimpin dalam penggunaan teknologi tersebut untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan publik. Selain itu, kepemimpinan yang inovatif di era digital juga harus mampu mengelola perubahan yang terjadi akibat adopsi teknologi. 

Penerapan teknologi komputer sering kali melibatkan perubahan dalam proses kerja, struktur organisasi, dan budaya perusahaan. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mengelola perubahan ini dengan bijaksana, mengkomunikasikan tujuan, manfaat, dan konsekuensi dari perubahan kepada karyawan, serta memberikan pelatihan dan dukungan yang diperlukan untuk mengatasi hambatan yang mungkin muncul selama proses perubahan. 

Inovasi pemerintah melalui pelayanan publik berbasis aplikasi mencerminkan adanya perubahan paradigma dalam penyampaian layanan publik. Dengan memanfaatkan teknologi aplikasi, pemerintah dapat menawarkan berbagai layanan publik secara online, seperti pembayaran pajak, pengajuan dokumen, pendaftaran kegiatan, dan lain sebagainya. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk mengakses layanan tersebut secara mudah dan cepat tanpa harus mengunjungi kantor pelayanan secara fisik.

Dari sisi sumberdaya manusia didalam organisasi, pemimpin dapat mendorong pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan bagi pegawai pemerintah agar mereka memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan digitalisasi. Pemimpin harus menyediakan pelatihan yang relevan dan sumber daya yang diperlukan untuk membantu pegawai meningkatkan keterampilan teknologi mereka. 

Pelatihan dapat berupa kursus online, pelatihan internal, atau bimbingan satu lawan satu. Pemimpin juga perlu hadir untuk menjembatani sharing knowledge antar pegawai didalam organisasi. Hal ini untuk mengakomodir adanya gap antara pegawai yang belum terbiasa dengan teknologi dari gen X (generasi yang lahir pada 1965-1980) dengan generasi milenial (generasi yang lahir pada 1981-1996) dan gen Z (generasi yang lahir pada 1997-2012) yang sudah akrab dengan teknologi dalam kesehariannya. Sehingga terjadi kolaborasi yang baik diantara 3 generasi yang berbeda untuk saling mendukung dan melengkapi dalam kesehariannya di ruang lingkup kerja. 

Proses sharing knowledge antar lintas generasi juga dapat dilakukan dengan cara merotasi pegawai, program rotasi pekerjaan yang memungkinkan generasi X dan generasi millennial untuk berpindah-pindah posisi atau departemen. Hal ini akan memungkinkan kedua generasi untuk belajar dan memahami lebih baik tentang pekerjaan dan tantangan yang dihadapi oleh masing-masing generasi. 

Melalui langkah-langkah seperti mentoring, tim kerja lintas generasi, kolaborasi, pelatihan, dan program rotasi pekerjaan, lembaga pemerintah dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan berdaya guna bagi kedua generasi. Dengan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, generasi X dan generasi millennial dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan pemerintah yang lebih baik.

Penulis Abdul Halim, ([email protected]) Staf Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kotawaringin Barat dan Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang.