Sosialisasi Intervensi Penurunan Stunting di Desa Sei Tendang Kecamatan Kumai

MMC Kobar - Rabu (28/8) Bidang Keluarga Berencana Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) melaksanakan kegiatan Sosialisasi Intervensi Penurunan Stunting di Desa Sei Tendang Kecamatan Kumai. Kegiatan tersebut dihadiri Kabid KB, kepala desa, sekdes dan peserta sosialisasi sebanyak 25 orang.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badan menurut umurnya lebih rendah dari standar nasional yang berlaku. Standar dimaksud terdapat pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan beberapa dokumen lainnya.

(Baca Juga : Peringatan Imlek, Pj Bupati bersama Forkomimda Kunjungi Tokoh-tokoh Tionghoa di Kobar)

Plt Kepala Dinas P3AP2KB Kobar melalui Kabid KB, Jamin Ginting, mengatakan bahwa penurunan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang yang merugikan seperti terhambatnya tumbuh kembang anak. Stunting mempengaruhi perkembangan otak sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal.

“Stunting mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak. Anak stunting juga memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya. Bahkan, stunting dan malnutrisi diperkirakan berkontribusi pada berkurangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya,” jelas Jamin Ginting.

Jamin Ginting menambahkan bahwa faktor penyebab masalah gizi konteks Indonesia ada 6 penyebab langsung masalah gizi pada anak termasuk stunting adalah rendahnya asupan gizi dan status kesehatan.

“Penurunan stunting menitikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan bergizi (makanan), lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberian makanan bayi dan anak (pengasuhan), akses terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan (kesehatan), serta kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi (lingkungan),” terangnya.

Keempat faktor tersebut, lanjut Jamin, mempengaruhi asupan gizi dan status kesehatan ibu dan anak. “Intervensi terhadap keempat faktor tersebut diharapkan dapat mencegah masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi,” tandasnya. (dp3ap2kb kobar)