Sinergisitas Pranata Humas Jadikan Komunikasi Pemerintah Komprehensif
- penulis Muhammad Agusta Wijaya
- Jumat, 07 September 2018
- dibaca 807 kali
Bogor, Kominfo - Direktur Tata Kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Selamatta Sembiring mengatakan peran Ikatan Pranata Hubungan Masyarakat (Iprahumas) dalam mensinergikan pesan dari multisektoral menjadi komprehensif.
“Jadi kalau disinergikan oleh Iprahumas untuk membuat sebuah pesan komunikasi akan lebih bagus hasilnya daripada membuat pesan hanya secara perspektif parsial,” katanya saat membuka Konvensi Humas Pemerintah Pranata Humas Indonesia Menuju Era 4.0 di Salak Tower Bogor, Jumat (7/9/2018)
(Baca Juga : Bupati Hj Nurhidayah Canangkan Pembangunan Zona Integritas Menuju WBK dan WBM)
Ditambahkan oleh Sembiring bahwa bedanya Pranata Humas dengan Humas yang kerja di bagian Humas, Pranata Humas bukan hanya melakukan kegiatan kehumasan di lingkup Kementerian/ Lembaga/ Instansi Pemerintah Daerah, melainkan seluruhnya.
Menurut Sembiring ada banyak agenda yang perlu disiapkan untuk mendorong Pejabat Fungsional Pranata Humas lebih profesional. Ia pun mengajak Pejabat Fungsional Pranata Humas cepat beradaptasi. "Siapa yang bisa menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, dia lah yang akan sukses. Begitu juga dengan Pranata Humas Indonesia, harus bisa cepat beradaptasi dengan perubahan zaman, apalagi di era digital saat ini di mana komunikasi publik saat ini lebih banyak dilakukan melalui media sosial," katanya.
Secara lugas, Sembiring mengatakan bahwa Kemenkominfo sebagai instansi pembina hanya sebagai fasilitator. Ikatan Pranata Humas Indonesia (Iprahumas) sebagai organisasi profesi Humas yang dibentuk oleh Kemenkominfo memiliki andil dalam membentuk Pranata Humas dengan skill yang baik dalam menjawab tantangan di era digital.
“Mengapa?, Karena Iprahumas lah yang bersinggungan langsung, Pranata Humas lah yang paling mengetahui kekurangan dan kelebihan dari rekan-rekan sekalian untuk kemudian tentu harus sama-sama dipikirkan bagaimana agar rekan-rekan semua berdaya saing," katanya.
Sembiring mengatakan dalam menjalankan fungsi kehumasan, Pranata Humas harus selalu ingin tahu dan update terhadap perkembangan. "Saya berharap, Pranata Humas tidak hanya bergelut di Kementerian Lembaga/ Institusinya tapi bisa keluar dengan memanfaatkan media, seperti menjadi influencer atau selebgram," harapnya.
Mengenai pengembangan karir dan kinerja, Sembiring menilai urgensi revitalisasi butir-butir angka kredit pranata humas. "Ketika melakukan butir-butir kegiatan pranata humas. Idealnya jika pranata humas melakukan butir-butir tersebut maka secara automatically maka negara dicitrakan ada dengan sendirinya,” katanya.
Kegiatan Konvensi Humas Pemerintah hari pertama juga menghadirkan 2 (dua) narasumber , yaitu Gerald Sebastian (Co Founder Channel YouTube Kok Bisa) dan Lestantya R. Baskoro (Redaktur dan Wartawan Senior Tempo). Sesi terakhir hari pertama konvensi diisi dengan Kongres Iprahumas yang mengumumkan Ketua Umum terpilih, periode 2018-2021.
Dari Literasi Sampai Perang Opini
Bicara mengenai hoaks yang kerap mengiringi penyebaran informasi tentang kebijakan pemerintah, Co-founder dan Business Development Kanal Kok Bisa Gerald Sebastian mengatakan hoaks bisa menyebar karena bias konfirmasi.
“Cara mencegahnya dengan digital literasi. Kita harus menyediakan konten-konten yang positif, yang edukatif. Tapi mungkin konten edukatif itu kurang popular” katanya.
Gerald menyarankan cara untuk memberikan tayangan edukatif yang lebih baik adalah dengan menceritakannya. Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan mengemas konten dan menjadikannya viral.
"Pranata Humas harus membuat tayangan menjadi viral. Dan hal yang perlu diperhatikan pembawa pesan, pesan, dan lingkungan berdasarkan tempat dan waktu yang digunakan adalah pas," katanya.
Redaktur Senior Tempo, Lestantya Baskoro menjelaskan pentingnya sebuah opini dalam komunikasi. Ia mendorong setiap Pranata Humas harus mempunyai mempunyai kompetensi, kemampuan menulis secara terstruktur, kaya referensi, gaul dan mengikuti tren.
“Semua orang bisa menulis. Disini ada 200 orang. Kalau masing-masing bisa membuat opini ga usah panjang-panjang lah satu alinea yang kuat, saya pikir sudah bagus atas nama humas atau atas nama pribadi saja tidak apa-apa," katanya.
Jelang 2019, menurut Lestantya, pertempuran opini terutama di media sosial akan luar biasa. Oleh karena itu, ia mengajak Pranata Humas untuk mencegah opini yang tidak bagus yang berkembang di masyarakat.
“Ini harus kita cegah. Setidaknya kita mencegah dengan cara apa? Kalau kita bisa membuat opini bagus tetapi kalau tidak ada waktu, kita minta agar anak-anak keluarga kita tidak melempar opini itu kemana-mana lagi” jelasnya. (PS)