Optimasi Peluang, Negara Berkembang Harus Adaptif terhadap Disrupsi Teknologi

Nusa Dua, Kominfo - Negara-negara berkembang di dunia harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan disrupsi teknologi dan harus menjadikan teknologi sebagai sebuah peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Di Indonesia misalnya, teknologi digital telah menghubungkan sektor ekonomi informal dengan sektor ekonomi formal. Karena itu, Indonesia perlu segera memulai diskusi baru terkait upaya pemberdayaan para pengambil keputusan di negara-negara berkembang. Tujuannya, agar mereka lebih bisa mengkapitalisasi teknologi baru serta mengelola dengan lebih baik disrupsi yang terjadi.

(Baca Juga : Menkominfo Apresiasi Kontribusi Penyiaran dalam Asian Games 2018)

“Kami tidak ingin mengorbankan manusia untuk teknologi. Negara ini masih dalam kategori pendapatan menengah dan kita punya unicorn yang cukup mapan, ini kesempatan untuk memanjat teknologi dan menciptakan kesempatan,” kata Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati dalam diskusi bertajuk Policies for Harnessing Technology for Growth di Ruang Nusantara, BICC, pada Kamis (11/10/2018).

Dalam diskusi tersebut, Sri Mulyani dan pendiri Bill & Melinda Gates Foundation, Melinda Gates, sepakat bahwa kemajuan teknologi harus dipandang sebagai peluang dan bukan ancaman. Sebagai Co-chair dari Komisi Pathways dan The Bill and Melinda Gates Foundation, Sri Mulyani menegaskan bahwa revolusi teknologi berikut disrupsi yang terjadi akibatnya, menawarkan berbagai peluang sekaligus tantangan.

“Ini adalah cara baru untuk meningkatkan kesejahteraan bagi banyak orang, termasuk mereka yang tinggal di negara sedang berkembang. Sekarang tinggal bagaimana untuk memastikan agar teknologi bermanfaat untuk pertumbuhan yang inklusif,” ujar Sri Mulyani.

Mengatasi eksklusivitas teknologi digital dan ketidaksetaraan digital adalah kunci untuk menjadikan teknologi sebagai peluang untuk tumbuh inklusif. Dengan tiga miliar jiwa yang diprediksi akan tetap offline pada tahun 2023 dan semakin banyak lagi yang gagal memperoleh potensi dari internet secara penuh, pendekatan bisnis biasa untuk desain dan penyampaian layanan digital, tidak akan mampu menjangkau orang-orang yang termajinalkan.

“Indonesia adalah negara besar dan tidak semua teredukasi dengan baik. Ini harus ditanggulangi pemerintah. Kami harus memastikan tidak ada yang tertinggal dan memastikan teknologi bisa bermanfaat untuk meningkatkan layanan pendidikan dan kesehatan” ujar Menkeu.

Sementara, Melinda Gates mengatakan bahwa dirinya bersama Sri Mulyani membentuk sebuah komisi yang disebut Komisi Pathways yang bertujuan untuk menyebarluaskan manfaat positif dari teknologi. “Kami sekarang sangat senang berbicara dengan Gojek, tidak hanya pengemudi, tapi juga pedagang. Saya ingin menyampaikan bahwa peluang dari transformasi digital ini sangat menjanjikan’ ujar istri Bill Gates ini.

Dalam diskusi ini terungkap berbagai risiko dan tantangan terhadap kemajuan teknologi, sekaligus peluang-peluang yang bisa diciptakan. Sejumlah risiko dan tanyangan antara lain ancaman kehilangan pekerjaan, investasi baru pemerintah untuk memenuhi kebutuhan teknologi dan tata kelola teknologi.

Di sisi lain, kemajuan teknologi akan mampu mendorong perubahan struktural dalam perekonomian serta menciptakan efisiensi, menciptakan peluang-peluang baru dalam ekonomi global hingga menghasilkan cara baru bagi pemerintah dalam berinteraksi dengan masyarakat.

Pathways for Prosperity adalah sebuah gerakan sosial yang terdiri dari para pemimpin pemerintahan, pelaku bisnis, dan akademisi dari berbagai bidang yang secara aktif membahas dampak teknologi terhadap negara berkembang. Gerakan ini diprakarsai pasangan miliarder Bill dan Melinda Gates, dibantu Oxford University’s Blayatnik School of Government.

Selain Menkeu dan Melinda Gates, pembicara lain pada forum ini adalah CEO Grup Bank Dunia Kristialina Georgieva, dan CEO of EcoNet Strive Masiyiwa.