Masifkan Gerakan Literasi Digital, Dirjen Aptika: Ada 200 Kegiatan per Hari

Badung, Kominfo - Program Gerakan Literasi Digital Nasional yang diluncurkan Presiden Joko Widodo pada 20 Mei 2021 lalu, hingga kini terus berlangsung dan melibatkan masyarakat di seluruh Indonesia. Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan menyatakan, saat ini sudah hampir 200 aktivitas kegiatan berlangsung setiap hari.

“Ada hampir 200 aktivitas di seluruh Indonesia, jadi teman-teman atau yang ingin ngikutin, silahkan dan ini terbuka, bisa juga diakses lewat event.literasidigital.id,” ujarnya dalam sesi diskusi Forum Tata Kelola Internet Asia Tenggara (SEA IGF) 2021 di Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu (01/09/2021).

(Baca Juga : Bersama BKN, Kominfo Gelar SKD untuk 4.328 CPNS di Jakarta)

Menurut Dirjen Aptika Kementerian Kominfo, Program GNLD Siberkreasi menargetkan 12,5 juta masyarakat Indonesia terliterasi. Jumlah tersebut diharapkan dapat memenuhi target 50 juta yang terliterasi di tahun 2024. Sehingga dari 50 juta tersebut akan memberikan dampak yang baik untuk meliterasi keluarga atau kerabat terdekatnya.

“Kalau satu orang kita literasi, dia pasti punya keluarganya, dia ngobrol dengan keluarganya dan temannya. Nah, mereka juga akan terliterasi. Supaya apa? supaya meningkatkan produktivitas,” jelasnya.

Kunci Transformasi Digital

Dirjen Semuel menegaskan upaya mewujudkan transformasi digital akan bertumpu pada tiga kunci utama, yakni SDM, teknologi dan regulasi. Dari tiga aspek itu, SDM merupakan kunci dari transformasi digital.

“Kunci dasar dari pada transformasi digital adalah SDM-nya, masyarakatnya terliterasi dulu baru kemudian teknologi dan regulasinya. Karena SDM-yang kita tekankan, maka kita punya program gerakan literasi digital ini,” ujarnya. 

Pemerintah melalui Kementerian Kominfo berkomitmen untuk meningkatkan indeks ICT/TIK (teknologi informasi dan komunikasi). Dengan demikian, Indonesia tentu siap untuk bertansformasi ketika ekosistem masyarakat jauh lebih produktif.

“Karena 202 (juta) masyarakat kita sekarang yang pengguna internet, 80% aktif di sosial media. Padahal banyak sekali aktivitas atau aplikasi-aplikasi yang bisa digunakan untuk meningkatkan produktifitas mereka, jadi ini yang kita perkenalkan,” tandas Dirjen Aptika Kementerian Kominfo.

Menurut Dirjen Semuel, Program GNLD Siberkreasi memiliki empat modul literasi digital, diantaranya digital skills (cakap bermedia digital), digital ethics (etis bermedia digital), digital culture (budaya bermedia digital), dan digital safety (aman bermedia digital). 

“(Empat modul) itu kita ajarkan digital skillnya, kita ajarkan bagaimana berbudaya di ruang digital, bahwa ruang fisik dan ruang digital itu tidak ada bedanya. Kita harus perkenalkan atau meningkatkan kembali. Di Indonesia umpamanya kita punya nilai-nilai luhur, budaya kita, falsafah bangsa kita. Itulah kita juga bawa di ruang digital,” papar Dirjen Semuel.

Demikian juga mengenai digital ethics dan digital safety yang menuntun masyarakat untuk terbiasa dan mengedepankan aspek etika dan keamanan dalam beraktifitas di ruang digital. Dari empat modul tersebut, masyarakat diyakini siap menuju transformasi digital, sehingga Indonesia tidak lagi menjadi penonton maupun hanya sebatas konsumen.

“Karena ruang digital ini kan inklusif, partisipasinya terbuka dan untuk itu kita harus menyiapkan masyarakat kita. Itulah kuncinya untuk transformasi digital, dimana pun juga adalah manusianya, baru teknologinya kita adaption, baru regulasinya bagaimana supaya semuanya adalah berjalan dengan tertib,” tandas Dirjen Aptika Kementerian Kominfo. 

Adopsi Teknologi

Dari sisi regulasi untuk membangun ekosistem yang siap dalam transformasi digital, peran pemerintah sebagai regulator tertuang dalam beberapa peraturan seperti Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja, serta peraturan-peraturan turunannya. 

“Adanya Undang-Undang ITE yang mendeklarasikan bahwa aktivitas di ruang digital itu sama sah-nya dengan aktivitas di ruang fisik, itu ada ketentuannya disitu. Makanya kita bisa belanja online, kita bisa melakukan aktivitas sehari-hari secara online, itu adalah payungnya,” jelas Dirjen Semuel.

Selain sebagai regulator, pemerintah juga berperan sebagai fasilitator dalam upaya memfasilitasi pelaku UMKM hingga kaum milenial yang ingin membangun startup digital melalui program yang menggerakkan masyarakat terhadap adopsi teknologi.

“Kita punya program seperti UMKM Go Online, Petani Go Online, Nelayan Go Online. Kita ajarkan mereka tentang bagaimana mengadopsi teknologi dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari untuk meningkatkan produktivitasnya. Belum lagi, kita juga memfasilitasi anak-anak muda yang ingin membangun startup-starup, itu sebagai fasilitator,” papar Dirjen Aptika Kementerian Kominfo.

Menurut Dirjen Semuel, Kementerian Kominfo juga mempunyai beberapa program dalam pengembangan startup, seperti Gerakan Nasional 1000 Startup Digital, Startup Studio, Hub.id, serta beberapa program lainnya.

“Ini memberikan bantuan supaya mereka bisa berkembang dengan membantu mereka, memfasilitasi mereka dengan mentor untuk menyusun program bisnis mereka, dan juga memperkenalkan mereka dengan investor, baik lokal maupun internasional,” imbuhnya.

Dalam sesi diskusi, turut hadir Direktur Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika; Ismail, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik; Usman Kansong, Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi; Anang Latif, dan Chairman Indonesia E-Commerce Association; Bima Laga.

Sedangkan hadir secara virtual Assistant Chief Executive International Infocomm Media Development Authority Singapore; Foo Chi Hsia, Head of Public Policy Google Indonesia; Putri Alam, dan CEO Xynexis International; Eva Noor.

Sumber : kominfo.go.id