Kominfo Ajak Optimasi Komunikasi Sains untuk Lawan Hoaks

Jakarta, Kominfo - Kementerian Komunikasi dan Informatika menilai, penggunaan dan pemanfaatan komunikasi sains yang efektif serta cermat dapat memberangus maraknya berita palsu (hoaks), kejahatan siber maupun radikalisme di kehidupan masyarakat.

Oleh karena itu, Kementerian Kominfo meminta kepada masyarakat agar bisa memanfaatkan dan mengoptimalkan komunikasi sain dalam aktivitasnya, apalagi dengan pesatnya perkembangan teknologi masa kini.

(Baca Juga : Wakil Bupati dan Ketua TP-PKK Kobar Ikuti Puncak Peringatan Hari Kartini ke-144)

"Komunikasi sains menjadi hal yang amat penting di tengah pesatnya perkembangan teknologi yang harus dipahami masyarakat supaya dapat dimanfaatkan dengan baik," ujar Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo Rosarita Niken Widyastuti ketika menyampaikan sambutan pada acara International Workshop On SHARE yang diselenggarakan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), di gedung Perpusatakaan Nasional, Jakarta, Senin (06/08/2018). 

Niken mengungkapkan, kementeriannya terus mencoba secara maksimal di masyarakat guna mendukung penguatan dan mendorong partisipasi publik terhadap pemanfaatan komunikasi sains.

Dirjen IKP mengatakan, agar mencapai target komunikasi sains bisa tersebar luas informasinya secara bermanfaat di masa perkembangan teknologi informasi saat ini, ada tiga pola yang diterapkan Kemenkominfo. "Pertama, kita harus membangun hubungan dengan media elektronik, cetak dan new media," ujar Niken.

Kemudian yang kedua, ucap Niken, dengan masif dan gencar mengoptimalkan pemanfaatan komunikasi sain dengan menggunakan format digital.

"Ketiga, kita harus mengikutsertakan masyarakat dalam program-program yang dibuat agar publikasi dapat dilakukan secara meyeluruh," kata Niken.

Direktur Layanan Informasi Internasional Kemenkominfo Bambang Gunawan dalam paparannya menjelaskan tentang program Government Public Relation (GPR) dikelola kementeriannya yang dirasakan dapat menunjang penyebarluasan komunikasi sains ke masyarakat.

"Program GPR adalah implementasi Inpres Nomor 9 Tahun 2015. Pengelolaan informasi dan komunikasi secara berkelanjutan agar berkontribusi dalam pencegahan penyebaran berita palsu dengan memberikan klarifikasi berbentuk data infografis, siaran pers, artikel dan advertorial," Bambang menuturkan.

Bambang menyebutkan, besarnya angka pengguna internet di Pulau Jawa berdasarkan survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017 yang mencapai 83 juta jiwa merupakan peluang positif untuk memperkuat pemanfaatan komunikasi Sains.

International Workshop On SHARE yang dilaksanakan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) saat ini mengambil tema yakni The Importance of Media to Engage Research and Development With Public Understanding. *