Harmonisasi Pemimpin Menggapai Kesatuan dalam Kepemimpinan
- penulis Dishub Kobar
- Kamis, 18 Januari 2024
- dibaca 1414 kali

MMC Kobar - Kepemimpinan merupakan inti dari setiap organisasi, masyarakat, atau negara. Kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengendalikan, memimpin, mempengaruhi pikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Untuk menjadi seorang pemimpin harus memiliki peranan penting dalam membentuk arah, tujuan, dan budaya sebuah entitas, diantaranya sebagai motivator, seorang pemimpin harus mampu memotivasi anggota timnya untuk mencapai tujuan bersama dan merangsang semangat kerja, sebagai fasilitator, pemimpin perlu mendukung komunikasi yang terbuka dan kolaborasi di antara anggotanya untuk mendorong keharmonisan dan sebagai penyeimbang, seorang pemimpin harus mampu menyeimbangkan berbagai kepentingan individu dalam kelompoknya untuk menghindari konflik yang merugikan.
(Baca Juga : MGMP Bahasa Inggris Tingkat SMK Gelar Pertemuan di DPK Kobar)
Dalam masyarakat yang semakin multikultural, pemimpin sering kali berasal dari berbagai latar belakang etnis, budaya, dan agama. Keberagaman ini dapat menjadi sumber kekuatan, tetapi juga sumber konflik jika tidak dikelola dengan bijak.
Perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori kepemimpinan perilaku dan situasi memiliki kecenderungan ke arah dua hal, yakni :
Pertama, yang disebut konsiderasi yaitu dimana perilaku pemimpin lebih memperhatikan kepentingan bawahan, hal ini ditandai dengan adanya hubungan kerjasama yang harmonis di lingkungan kerja, pemimpin memperlihatkan perhatian terhadap bawahan, dan memperhatikan kesejahteraan mereka, kecenderungan pemimpin menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan, mau memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
Kedua, disebut struktur inisiasi yaitu mengacu kepada perilaku pemimpin dalam menggambarkan hubungan antara dirinya dengan anggota kelompok kerja dalam upaya membentuk pola organisasi, saluran komunikasi, dan metode atau prosedur yang ditetapkan dengan baik, pemimpin dengan gaya seperti ini kecenderungan lebih memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat, bawahan mendapatkan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan tersebut dilakukan, dan hasil apa yang akan dicapai?
Seorang pemimpin tidak selamanya bersikap mengatur seperti yang kita bayangkan, terkadang ada pemimpin yang masih membutuhkan masukan dari bawahannya. Pemimpin seperti inilah yang kebanyakan diharapkan oleh para bawahan, tidak bersikap diktator atau otoriter.
Hubungan antar pemimpin dan yang dipimpin haruslah ada cinta kasih, persamaan, persaudaraan, kedamaian, tolong-menolong, dan toleransi. Alangkah baiknya jika seorang pemimpin dapat membangun hubungan yang harmonis dengan bawahannya, sehingga komunikasi diantara mereka bisa berjalan lancar dan terasa lebih enak diantara dua belah pihak.
Kebanyakan pemimpin tidak berani untuk mengakui kelemahannya di hadapan para bawahannya. Mereka jarang mengungkapkan apa yang menjadi kekurangannya. Dibutuhkan keberanian besar untuk mengakui bahwa pemimpin tidak tahu semua hal, terkadang seorang pemimpin tidak mampu menyediakan semua jawaban bagi masalah yang terjadi di lapangan. Mengakui hal itu sangat sulit, terutama dengan stigma yang berlaku di masyarakat bahwa adanya keengganan pemimpin menunjukkan kelemahannya.
Tetapi, dalam kondisi dan permasalahan saat ini, keberanian untuk mengakui bahwa pemimpin penuh dengan keterbatasan sangat dibutuhkan. Itulah kualitas sekaligus ciri dari seorang pemimpin yang baik. Mereka tak segan-segan untuk mengomunikasikan apa yang menjadi kekurangannya. Pemimpin seperti itu berani untuk mengungkapkannya kepada bawahannya dengan risiko bahwa bisa jadi bawahannya akan memandangnya sebelah mata. Namun, pemimpin tersebut tetap melakukannya karena dia ingin membangun hubungan yang dekat dengan bawahannya.
Terbukanya akses informasi membuat semua lebih transparan dalam setiap pekerjaan dan berkurangnya sekat komunikasi jalur formal yang selama ini menjadi momok penghambat komunikasi dan keharmonisan dalam organisasi.
Harmonisasi Pemimpin
Kepemimpinan merupakan elemen penting dalam setiap organisasi, Pemimpin yang efektif mampu memandu timnya menuju pencapaian tujuan yang lebih besar. Namun, seringkali kita melihat perbedaan dalam gaya kepemimpinan, nilai-nilai, dan visi di antara para pemimpin, yang dapat mengakibatkan ketidakharmonisan dalam organisasi.
Harmonisasi pemimpin adalah proses menciptakan kerja sama yang efektif di antara pemimpin yang berbeda-beda. Harmonisasi pemimpin tidak hanya berarti mencari kesepakatan dan menghindari konflik, tetapi juga menghargai perbedaan sebagai kekayaan yang dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan. Ini adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendorong perkembangan yang berkelanjutan.
Harmonisasi pemimpin merupakan konsep yang mengusulkan bahwa organisasi dan masyarakat akan mencapai hasil yang lebih baik jika para pemimpin mampu bekerja sama dengan seimbang. Ini melibatkan pengintegrasian berbagai elemen kepemimpinan, termasuk gaya kepemimpinan, nilai-nilai, dan visi, untuk menciptakan kesatuan yang sejalan. Elemen-elemen kunci harmonisasi pemimpin, diantaranya adalah Kepemimpinan Adaptif artinya, pemimpin perlu memiliki fleksibilitas dalam menerapkan gaya kepemimpinan tergantung pada situasi dan kebutuhan tim.
Ini tidak hanya mengurangi konflik, tetapi juga memungkinkan pemimpin untuk merespons lebih efektif terhadap perubahan, Membangun Kepemimpinan Bersama artinya, harmonisasi pemimpin juga melibatkan upaya untuk membangun kepemimpinan bersama di antara berbagai pemimpin di organisasi. Misalnya dengan melakukan program pelatihan dan pembinaan yang mengintegrasikan pengalaman dan wawasan dari berbagai pemimpin, Kebijakan dan Nilai yang Konsisten.
Artinya, adalah keselarasan dalam kebijakan dan nilai-nilai yang diterapkan di seluruh organisasi, misalnya dengan menciptakan landasan bersama untuk pemimpin dan tim mereka, sehingga dapat bergerak maju dengan visi yang jelas, dan Pengelolaan Konflik dengan Konstruktif artinya, ketidakharmonisan antara pemimpin tidak selalu dapat dihindari.
Namun, penting untuk mengelola konflik dengan cara yang konstruktif misalnya mencakup dialog terbuka, mediasi, dan pemecahan masalah kolaboratif. (ditulis oleh : Rita Novianti Sutikno - Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Sultan Agung Semarang)
