Transformasi Digital Dukung Pembangunan Industri Inklusif dan Berkelanjutan
- penulis Diskominfo Kobar
- Rabu, 10 November 2021
- dibaca 666 kali
Jakarta Pusat, Kominfo - Sejak pandemi Covid-19, Pemerintah Indonesia menerapkan strategi rem dan gas untuk mengendalikan laju penyebaran virus korona dengan pengendalian aktivitas dan mobilitas masyarakat secara terukur dan terarah sehingga bisa memberikan peluang agar ekonomi tetap bisa tumbuh dan bergerak.
“Berbagai pembatasan itu tidak membuat aktivitas sektor industri, terutama industri esensial, sepenuhnya berhenti. Para pelaku industri ikut berpartisipasi pada upaya pengendalian pandemi agar tetap produktif untuk membantu pemulihan ekonomi,” kata Presiden Joko Widodo dalam sambutannya pada acara pembukaan Regional Conference on Industrial Development (RCID) ke-2 di Jakarta Pusat, Rabu (10/11/2021).
(Baca Juga : TRC BPBD Kobar Evakuasi Sarang Tawon Sepanjang 1 Meter di Desa Natai Baru)
Menurut Presiden, strategi rem dan gas tersebut membuahkan berbagai hasil. Misalnya pada pemulihan sektor industri di Indonesia, yang menunjukkan tren positif pada kinerja pertumbuhannya. “Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia di bulan Oktober 2021 mencapai 57,2 atau meningkat bila dibandingkan bulan sebelumnya di angka 52,2,” ungkapnya.
Kepala negara menegaskan, pandemi bukan hanya memberi ujian, tetapi juga menciptakan sebuah peluang baru. Dampak luas pandemi memaksa dunia melakukan transformasi digital lebih cepat, serta mendorong sektor industri turut berubah dan beradaptasi secepat-cepatnya.
“Digitalisasi industri memang menjanjikan, yakni meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan nilai tambah yang memberikan peluang untuk berkembang, bahkan melompat. Namun harus disadari transformasi digital dapat menghadirkan digital paradoks,” paparnya.
Karena itu, transformasi digital harus mendukung pembangunan industri yang inklusif dan berkelanjutan dengan memperbesar partisipasi pelaku UMKM dalam global value chain, memperkuat SDM sektor IKM, mendorong berjalannya ekonomi sirkular, serta mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam.
“Pembangunan industri yang inklusif dan berkelanjutan menjadi kunci, memberikan manfaat bagi industri dalam negeri, menciptakan asas dan kesempatan yang luas daa berkeadilan, khususnya sektor IKM untuk melakukan percepatan transformasi industri 4.0 sehingga bisa naik kelas, semakin maju dan berdaya saing,” imbuhnya.
Presiden menekankan, penting lahirnya inovasi untuk meningkatkan produktivitas di seluruh rantai nilai global, mendorong kerja sama untuk menjawab tantangan dan mengambil peluang industri 4.0, menciptakan level of playing field di kawasan, membangun platform knowledge sharing bagi negara berkembang untuk belajar dari kawasan yang lebih maju, sehingga industri secara global menjadi semakin cerdas, terhubung, dan terdigitalisasi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berharap pada konferensi RCID ke-2 ini akan ada terobosan dalam komitmen percepatan implementasi industri 4.0 untuk sektor manufaktur yang inklusif dan berkelanjutan sesuai dengan tema konferensi ini. “Visi bersama, semangat kolaborasi dan langkah kebersamaan menjadi kunci utama kebangkitan sektor industri di kawasan Asia Pasifik, terutama dalam menghadapi pandemi Covid-19,” tandasnya.
Lebih lanjut, pelaksanaan RCID ke-2 dengan tema “Acceleration of Industry 4.0 for Inclusive and Sustainable Industrialization”, diharapkan pula dapat menghasilkan gagasan dan terobosan dalam mempercepat penerapan industri 4.0 di negara berkembang dan kurang berkembang, khususnya dalam aspek partisipasi UMKM pada global value chain (GVC), penguatan sumber daya manusia UMKM, implementasi sirkular ekonomi, dan optimalisasi penggunaan sumber daya alam melalui industri hijau, terutama pada masa pandemi Covid-19 saat ini.
Airlangga menambahkan, bagi Indonesia, RCID ke-2 merupakan momentum strategis kepresidenan G20 Indonesia mulai 1 Desember 2021 dengan tema “recover stronger, recover together”. Tema tersebut menetapkan visi bahwa tidak ada yang tertinggal dan bahwa pemulihan dari krisis ekonomi yang disebabkan oleh pandemi bukanlah sebuah kontes. Selain itu, menunjukkan harapan dan kesiapan Indonesia untuk berpartisipasi dalam kemitraan global, sebagai upaya mengatasi dampak pandemi.
“Pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19 akan difokuskan pada empat pilar untuk mendorong produktivitas, meningkatkan stabilitas dan ketahanan ekonomi, memastikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, serta memberdayakan lingkungan dan kemitraan,” sebutnya.
Selanjutnya, di bawah Presidensi Indonesia di G20, untuk pertama kalinya isu industri masuk menjadi salah satu isu utama. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan sektor industri ke dalam Trade Investment and Industry Working Group (TIIWG) G20.
“TIIWG akan fokus untuk memberikan pemulihan yang kuat bagi ekonomi G20, termasuk dengan membuat kemajuan dalam diskusi G20 tentang industri 4.0, untuk pembangunan industri yang inklusif dan berkelanjutan,” jelas Airlangga. Dalam konteks itu, RCID ke-2 ini dinilai sebagai forum pengantar untuk membahas isu-isu terkait Industri 4.0, dan mempersiapkan masukan Regional Asia Pasifik untuk dibahas dalam forum G20.
Jawab tantangan global
Sementara itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, RCID merupakan forum bagi negara-negara di Kawasan Asia Pasifik untuk bertukar pandangan, kebijakan, pengetahuan, dan gagasan dalam pembangunan industri.
“Dalam konteks kekinian, forum ini berfokus pada bagaimana menjawab tantangan-tantangan terkait pemulihan kesehatan global, transformasi industri 4.0, dan transisi energi menuju green industry untuk menjamin pembangunan industri yang inklusif dan berkelanjutan,” terangnya.
Menperin menjelaskan, konferensi RCID ke-2 merupakan tindak lanjut dari suksesnya penyelenggaraan RCID pertama yang dilaksanakan pada 8-9 November 2018 di Bali yang menghasilkan Bali Industry 4.0 Agenda. RCID ke-2 ini juga akan menjadi tonggak penting menuju persiapan pertemuan TIIWG G-20 yang akan berlangsung pada tahun 2022. “Indonesia menyatakan siap menyuarakan aspirasi-aspirasi dari negara-negara, khususnya negara-negara berkembang non G-20 dalam forum-forum G20,” tuturnya.
Menurut Menperin, selama dua tahun ini, dunia bergulat dengan pandemi Covid-19. Di setiap negara, ada banyak rupa kisah tentang kesedihan, penderitaan, dan keharuan. “Bagaimana tidak, pandemi telah menciptakan efek domino yang menyebabkan krisis multidimensi, tidak hanya di bidang kesehatan tetapi juga ekonomi, dan sosial,” ujarnya.
Di masa awal pandemi, hampir seluruh masyarakat gagap menghadapi situasi yang sedemikian cepat berubah. Tetapi perlahan namun pasti, resiliensi yang terbangun akibat hantaman pandemi membuat semua masyarakat mulai mampu beradaptasi dengan segala perubahan dan disrupsi yang terjadi.
“Sungguh, pandemi adalah obat pahit yang harus kita telan untuk pulih, bangkit, dan tumbuh lebih kuat. Lebih lanjut, pandemi ini memaksa seluruh negara melakukan reset terhadap ekonomi, meninjau seluruh kebijakan ekonomi, segala perencanaan yang telah disusun harus dirubah dan dievaluasi kembali, karena dunia sudah berubah dan tidak akan kembali seperti dulu kala,” paparnya.
Kesempatan perubahan tersebut harus dijadikan momentum bagi setiap negara untuk melihat dan mempelajari lagi kekuatan-kekuatan yang dimiliki, serta memposisikan diri dalam persiapan menghadapi pandemi yang akan muncul kembali di masa mendatang. “Ke depan, ada tiga kata kunci yang akan menjadi arah dalam melewati pandemi, memperkuat sektor kesehatan, melakukan transformasi digital dan transisi energi menuju green industry,” imbuhnya.
Menperin berharap, konferensi ini berlangsung produktif dan menghasilkan rekomendasi bagi upaya kawasan untuk mempercepat adopsi industri 4.0 untuk Inclusive Sustainable Industrial Development (ISID), meningkatkan kesiapan pelaku IKM di kawasan untuk penyerapan industri 4.0 di masa Covid-19, serta menyusun kerangka ekosistem Industri 4.0 sebagai acuan global untuk mempercepat industri 4.0 bagi ISID.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal UNIDO, Li Yong menerangkan transformasi digital merupakan kunci untuk mendorong produktivitas dan memperkuat pemulihan global. Upaya ini sebagai aspek terpenting dalam pencapaian agenda Sustainable Development tahun 2030, khususnya dengan dampak pandemi yang masih berjalan saat ini, dan di saat komunitas international mulai membangun kembali perekonomiannya.
“Konvergensi teknologi dan perkembangan teknologi yang eksponensial memberikan banyak peluang untuk merealisasikan keuntungan-keutungan ekonomi, lingkungan, dan sosial. Transformasi digital di sektor industri juga mendukung kesetaraan gender dan pemberdayaan kaum muda di industri di masa mendatang,” paparnya.
Namun, untuk menjaring sebesar-besarnya potensi dari industri di masa depan, sangat penting bagi pemerintah untuk menyiapkan negaranya dengan baik melalui upaya terpadu dan kerja sama dengan multistakeholder di level nasional, regional, dan internasional.
UNIDO sedang membangun framework strategis yang akan mengutamakan pendekatan industri 4.0 di seluruh fungsi organisasi. “Kami terbuka bagi konsultasi untuk memastikan semua negara dapat memperoleh keuntungan dari revolusi industri 4.0 ini. UNIDO juga akan menggunakan keahliannya dan kemampuannya untuk mengumpulkan para ahli terbaik untuk mendukung transformasi digital,” tuturnya.
Li Yong berharap, kontribusi konferensi RCID ke-2 ini untuk memperkuat kerja sama regional untuk akselerasi adopsi teknologi industry 4.0 dengan dikungan ISID dan agenda Sustainable Development pada 2030. “Saya yakin platform ini akan mengidentifikasi area-area prioritas yang dapat membantu kawasan ini untuk memaksimalkan peluang industri 4.0, juga untuk memberikan input bagi Asia Pasifik dalam diskusi G20 pada 2022,” tandasnya.
Sumber : kominfo.go.id