Mempertahankan Kuliner Tradisional, Pemkab Kobar Gelar Festival Mehampar Wadai

Bupati Kobar Hj Nurhidayah meninjau hamparan wadai pada Festival Mehampar Wadai yang digelar Dinas Pariwisata Kobar berkerjasama dengan Juriat Adat Kutaringin di Bukit Indra Kencana, Pangkalan Bun, Sabtu (24/11). Dalam festival itu disajikan 59 jenis jajanan tradisional yang telah ada sejak zaman Kerajaan Kutawaringin. (Humas Diskominfo Kobar)

MMC KOBAR - Dalam rangka melestarikan kuliner dan jajanan tradisional, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotawaringin Barat (Kobar), Sabtu (24/11) menggelar Festival Mehampar Wadai di Bukit Indra Kencana, Pangkalan Bun. Dalam festival itu disajikan 59 jenis jajanan tradisional yang telah ada sejak jaman Kerajaan Kutawaringin.

Mehampar wadai sendiri mempunyai arti menggelar atau memamerkan, wadai artinya kue. Ada keunikan dalam acara Festival Mehampar Wadai ini, setelah acara dibuka langsung oleh Bupati Kobar Hj Nurhidayah yang dilanjutkan dengan  meninjau hamparan wadai tersebut, kemudian masyarakat yang hadir pun langsung menyerbu untuk mendapatkan jajanan tradisional yang disajikan oleh panitia maupun peserta Festival Mehampar Wadai.

(Baca Juga : Tahun 2017 190 Petani Bersertifikasi RSPO)

Acara Festival Mehampar Wadai diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata yang bekerjasama dengan Juriat Adat Kutawaringin.

Ketua Perempuan Adat Juriat Kutawaringin Ambok Tengku Salamah mengatakan, kegiatan Festival Mehampar Wadai memasuki tahun ketiga yang pelaksanaannya bertepatan memperingati HUT Kobar.

"Kegiatan ini untuk melestarikan kebudayaan kue tradisional khas Pangkalan Bun yang sudah ada dan dibuat oleh masyarakat dari zaman dahulu, kegiatan ini juga untuk memperkenalkan wadai khas Kobar kepada khalayak ramai khususnya generasi penerus agar keberadaan kue tradisional ini tidak hilang dari peredarannya," katanya.

Ambok Tengku Salamah pun menambahkan, dengan terus dipertahankan keberadaan kue tradisional ini dapat menambah pemasukan bagi ibu-ibu khususnya perempuan adat juriat.

"Kue-kue tradisional yang kita tampilkan tidak hanya menjadi jajanan atau santapan disaat senggang saja atau disaat lapar, tetapi kue-kue tradisional ini juga selalu ada pada acara adat seperti tampung tawar, pengantin meninjau awan, mandi hamil 7 bulan dan rangkaian lahiran bayi seperti menggunting rambut begudading," terangnya.

Sementara itu, Bupati Kobar Hj Nurhidayah mengatakan, dengan digelarnya Festival Mehampar Wadai ini menjadi bukti penguatan tekad dalam melestarikan budaya agar tidak punah dengan kemajuan zaman. Melalui festival itu juga membuktikan bahwa di Kobar masih memiliki rasa gotong-royong membangun daerah dalam kebersamaan.

"Festival ini merupakan aset kearifan lokal yang akan terus dipertahankan, dengan tetap dilestarikannya jajanan tradisional ini secara otomatis dapat juga mendongkrak pendapatan masyarakat yang bergerak dalam UMKM khususnya di bidang jajanan tradisional," kata Bupati.

Dalam kesempatan itu pula Bupati mengharapkan Kelompok Perempuan Adat Juriat Kutawaringin agar tidak bosan-bosannya membagikan ilmu mengolah jajanan tradisional kepada kelompok ibu-ibu lainnya, terutama bagi penerus agar  cara membuat jajanan tradisional ini dapat turun-menurun.

"Daerah kita ini sebagai daerah tujuan wisata, dan keberadaan TNTP saat ini sudah masuk menjadi Balinya Indonesia ke 11, tentunya keberadaan kue-kue tradisional ini bisa diperkenalkan juga kepada wisatawan yang datang, bukan saja ada coto manggala tetapi masih ada kue tradisional lainnya seperti ilat sapi, kue cincin," ujar Bupati.

Bupati pun berharap dengan ribuan masyarakat yang ikut hadir pada festival ini, di tahun 2019 mendatang Festival Mehampar Wadai bisa masuk rekor muri.

"Kita akan gelar yang lebih besar lagi, dan semua kecamatan yang ada di Kobar harus ikut serta dalam Festival Mehampar Wadai itu, karena kita akan masuk dalam rekor muri, hal itu pastinya akan menarik pengunjung wisatawan yang datang ke Kobar," ucap Bupati dengan penuh optimis. (Humas Diskominfo Kobar)