Mahasiswa UPN Dalami Kebijakan dan Program Sektor Kominfo
- penulis Muhammad Agusta Wijaya
- Kamis, 23 Agustus 2018
- dibaca 594 kali
Jakarta, Kominfo - Kunjungan mahasiswa ke Kementerian Komunikasi dan Informatika kali ini terasa istimewa, bukan hanya memenuhi Ruang Opsroom di Gedung Utama Kementerian Kominfo, Jakarta Pusat, namun sejumlah pertanyaan dari mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta juga sangat menarik, seolah mengupas dan mendalami beragam kebijakan sektor Kominfo. Mulai dari soal internet cepat hingga penapisan konten dan penyiaran digital hingga soal start up digital.
Company Visit yang dikoordinasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer UPN tersebut memang ditujukan mengenal lebih jauh Program Prioritas Kementerian Kominfo serta memperkaya materi sesuai kebutuhan dunia kerja di bidang aplikasi dan informatika. Rombongan diterima oleh Humas Setjen Kementerian Kominfo Kamis (23/08/2018) pagi.
(Baca Juga : Lindungi Awak Media, Diskominfo Berikan Bantuan APD kepada PWI Kobar)
Pendamping company visit, Ichsan Mardani menyatakan kunjungan kali ini merupakan salah satu upaya untuk pengayaan bagi program pengembangan kurikulum studi pada perguruan tinggi. Selanjutnya ia menyebut sejumlah mahasiswa juga ingin mengetahui kontibrusi Kementerian Kominfo bagi masyarakat.
"Sejauh mana intervensi dari Kemenkominfo dalam melindungi konten yang ada di internet? Lalu penggunaan internet di Indonesia ini seperti apa, bagaimanana perkembangan internet ke depannya di Indonesia? Mengapa banyak konten-konten yang ditutup, apakah karena meresahkan masyarakat atau yang melihatnya? Layanan apa saja yang tersedia? Dan regulasinya bagaimana?," ungkapnya.
Secara khusus Ichsan mengharapkan kunjungan dari mahasiswa yang rata-rata semester 5 s.d 7 ini akan mendapatkan pencerahan untuk menyusun tema dalam penulisan skripsi ketika kembali ke kampusnya.
"Kesemuanya itu kami tanyakan dengan agar dapat sama-sama membangun dan membentuk bangsa yang mandiri," papar Ichsan Mardani.
Rombongan asal Jakarta ini diterima oleh Kepala Sub Bagian Dokumentasi dan Perpustakaan Eka Yani H di Ruang Rapat Ops Room Lantai 2 Gedung Depan Kementerian Kominfo. Mengawali sesi diskusi yang berlangsung dari pagi hingga siang tadi, Eka menjelakan mengenai makna logo yang menjadi ciri khas Kementerian Kominfo.
“Logo itu dirancang tim desainer dari Pos Indonesia dan Biro Kepegawaian dan Organisasi Kementerian Kominfo. Logo itu merupakan bentuk stilir dari keong yang digunakan masyarakat di kawasan Indonesia Timur sebagai alat komunikasi. “Selain itu memiliki arti 3C, yaitu communication, computer, dan content,” jelasnya.
Sementara itu, menyambung penyataan Eka, Kasubbag Tata Usaha Biro Humas Sugeng Pramono, dalam pertemuan itu menjabarkan tentang sejarah Kementerian Komunikasi dan Informatika, struktur organisasi dan tugas pokok setiap unit kerja, serta ragam industri telekomunikasi. "Ada industri infrastruktur telekomunikasi, penyiaran, dan industri teknologi informasi yang mencakup jaringan-jaringan digital. Industri penyiaran ini yang membangun frekuensi kepada penyiaran-penyiaran radio dan televisi sehingga dapat memberikan informasi kepada masyarakat,” paparnya.
Lebih lanjut, Sugeng menambahkan bahwa saat ini ada Empat Program Kerja Utama yang dimiliki Kementerian Kominfo mulai dari Broadband Plan yaitu Proyek Pengembangan Palapa Ring, Roadmap e-Commerce termasuk e-government, Digitalisasi Penyiaran, Program SKKNI, dan Program Government Public Relations.
Basmi Hoax dengan Literasi
Menyinggung soal banyaknya hoax yang beredar di media sosial, Sugeng menyatakan berimbas pada tingkat kepercayaan masyarakat terhadap media sosial. Media cetak dan elektronik dinyatakan Sugeng sebagai sumber informasi yang masih dipercaya hingga saat ini karena informasi yang diberikan tidak mengandung hoax.
“Kalau kalian sering baca koran atau majalah, di artikel selalu ada lokasi dimana kejadiannya dilaporkan seperti Jakarta, Bogor, dan lainnya. Lalu juga ditampilkan siapa yang berbicara. Apakah tokoh masyarakat, pejabat, atau siapapun yang membuat statement. Mengapa dibicarakan, dan ada apa sampai hal itu dibicarakan. Dan di media itu juga ditulis siapa yang membuat. Kalau ada foto, ditampilkan juga,” ungkapnya.
Secara lugas, Kasubbag TU Humas mengajak para mahasiswa yang hadir agar waspada terhadap persebaran berita hoax dan fake news yang bisa ditangkal dengan literasi. "Kita bisa dapatkan dari memperkaya bacaan dan informasi. Literasi media tidak lain merupakan kemampuan pembaca dalam mengidentifikasi kebutuhan akan informasi. Saat ini di media-media atau koran, sering dikatakan literasi pembaca itu rendah, itu artinya kemampuan pembaca mengetahui informasi itu masih rendah,” bebernya menjelaskan penyebab penyebaran hoax.
Penggunaan dan Perkembangan Internet di Indonesia
Menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan, Kepala Sub Bagian Pemberitaan Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Kominfo Taufiq H menyatakan Kementerian Kominfo terus berupya mewujudkan pembangunan jaringan internet cepat di Indonesia melalui program Palapa Ring, khususnya di daerah-daerah pedalaman yang masih terkendala akses jaringan telekomunikasi.
"Tujuannya selain untuk menghubungkan jaringan antar kabupaten/kota, internet cepat juga akan membantu layanan dasar kepada masyarakat seperti di bidang pendidikan, kesehatan dan informasi," ungkapnya.
Lebih lanjut Taufiq menjelaskan Kementerian Kominfo saat ini sedang melakukan pengembangan untuk jaringan internet, contohnya lewat jaringan internet 5G dan peluncuran satelit. “Contoh di Puncak Jaya yang sangat susah jaringan. Sekarang sedang dikembangkan satelit Palapa Ring untuk membantu aspek penyebaran data dan informasi baik di sekolah, puskesmas, (pendidikan dan kesehatan)” jelasnya.
Penapisan Konten Negatif
Taufiq menyatakan saat ini Kementerian Kominfo saat ini akan melakukan ujicoba penapisan gambar yang bermuatan negatif. Upaya menyiapkan manusia Indonesia yang maju dan unggul, juga menjadi perhatian Kementerian Komunikasi dan Informatika. Melalui program literasi digital, dirancang kebijakan dan upaya kolaboratif untuk mengedukasi warga negara agar ikut secara aktif berpartisipasi dalam penanggulangan konten negatif di internet.
Khusus penanganan konten negatif seperti hoax, perundungan siber, ujaran kebencian, kejahatan siber, radikalisme digital, dan pornografi yang kini jadi ancaman riil masyarakat di era ini. Taufiq menyatakan sayang jika jaringan internet cepat diracuni dengan isi konten yang negatif.
“Contohnya kita analogikan dengan pembuatan jalan tol tapi anda menebar konten negatif yang dimpamakan dengan tanah liat yang ditabur disitu, ada kerikil ada batu maka jalan Anda pasti terganggu. Itulah mengapa ketika kita menbangun infrastruktur cepat ini pada saat bersamaan kita menaruh penataan atau filtering dari konten negatif,” ungkapnya.
Upaya membangun literasi digital dilakukan melalui tiga aktivitas utama, pertama, membangun kecakapan untuk anti konten negatif seperti hoax, cyberbullying, ujaran kebencian, pornografi, dan pembajakan. Literasi digital: tidak semua daerah di Indonesia mengalami literasi digital. Artinya adalam menggunakan aplikasi dan teknologi masih ada yang belum mampu. Kominfo sedang melakukan literasi digital untuk mengembangkan eknomi masyarakat. “Konten negatif bukan hanya konten porno, tetapi konten yang berisi tentang radikalisme,” tandasnnya
Gerakan 1000 Start Up Digital
Menjelang sesi akhir kunjungan, Kasubbag Pemberitaan Biro Humas mengupas soal perkembangan perusahaan Start Up Digital yang semakin pesat dan mampu menyumbang keuntungan di sektor perekonomian Indonesia. “Beberapa perusahaan Start Up Digital sukses mengembangkan ide, aplikasi dan internet. Maka dari itu Kominfo melakukan literasi digital kepada masyarakat di daerah - daerah terpencil agar mampu mengembangkan perekonomian masyarakat,” jelasnya.
Taufiq juga mengungkapkan bahwa saat ini di Indonesia, khususnya Jakarta, terdapat laju pertumbuhan startup digital yang sangat pesat setiap tahunnya. "Saya yakin karena anak-anak muda seperti kalian ini kreatif. Maka dari itu saat ini bekerjasama dengan komunitas Kementerian Kominfo berupaya menciptakan dan menumbuhkan start up digital baru," imbuhnya.
Program Start Up Digital, menurut Taufiq mempunyai tujuan besar yakni memajukan pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia dengan cara membina generasi muda Indonesia agar mampu membuat Start Up Digital yang menyelesaikan masalah bangsa dan mampu bertahan hingga menjadi sebuah perusahaan yang sustainable.
“Oleh karena itu, saya ajak Anda semua untuk mengubah cara pandang dalam menghadapi dunia pekerjaan nanti. Harapannya agar kalian para mahasiswa UPN Veteran Jakarta yang hadir dalam kesempatan ini mampu menciptakan lapangan pekerjaan, salah satunya lewat gerakan nasional 1.000 Start Up Digital,” tutup Taufiq mengakhiri. (YS/Isabel)