Indonesia Butuh Pemimpin yang Adil dan Berkarakter Kuat

MMC Kobar - Sejatinya setiap manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Presiden, gubernur, dan walikota bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Kepala keluarga bertanggung jawab atas keluarganya. Seorang istri bertanggung jawab atas keluarga, anak, dan rumah suaminya. Seorang anak bertanggung jawab atas tugas bakti pada kedua orang tuanya. Bahkan seorang budak/pembantu sekalipun bertanggung jawab atas rumah tuannya.

Setiap manusia akan mempertanggungjawabkan atas apa yang dipimpinnya dihadapan Allah tanpa terkecuali. Oleh karena itu, setiap manusia harus dengan sadar memahami bahwa dirinya adalah seorang pemimpin dan menjalani hidup harus senantiasa berhati-hati. Jiwa kepemimpinan bisa diraih melalui keimanan dan pengendalian diri yang kuat. Iman itu dinamis, dapat bertambah karena keimanan kepada Allah SWT dan berkurang karena melanggar moral dan larangan Allah SWT. Seorang pemimpin harus adil dan berkarakter kuat.

(Baca Juga : Sebelum Vaksin COVID-19, Lansia Diharapkan Kontrol Dahulu)

Pemimpin yang adil mampu mengambil keputusan dan kebijakan berdasarkan porsi yang tepat. Mampu menerapkan kesetaraan dan kesempatan yang sama bagi semua kepentingan masyarakatnya. Pemimpin yang adil berfungsi menegakkan, meluruskan, dan memperbaiki segala kerusakan yang terjadi. Kesuksesan kepemimpinan yang adil harus disertai dengan kepemimpinan yang berkarakter. Pemimpin yang berkarakter kuat adalah sosok yang optimis, memiliki integritas dan dedikasi yang tinggi. Sudahkah kita merasakan kehadiran sosok pemimpin yang seperti ini?

Di Indonesia sudah ada 7 pemimpin yang pernah memimpin dengan gaya kepemimpinan yang berbeda dari masa ke masa dengan berbagai kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Terlepas dari terbukti atau tidaknya segala bentuk kelemahan dan kekurangan itu seharusnya peran kita adalah menyuarakan dengan bijak dalam menyampaikan bentuk kritik yang membangun. 

Seorang  pemimpin dan yang dipimpin harus bisa saling bersinergi dan berkolaborasi. Pemimpin dan masyarakat Indonesia harus saling menyempurnakan atas nama bangsa Indonesia. Presiden Soekarno dikenal sangat kharismatik dan mampu memiliki semangat revolusi yang membuahkan kemerdekaan. 

Presiden Soeharto dikenal karena wajahnya yang senantiasa tersenyum dan menunjukkan keramahan. Presiden BJ Habibie adalah sosok yang jenius dan mampu mewujudkan satu visi menjadi realitas. Presiden KH Abdurahman Wahid adalah tokoh Muslim Indonesia  yang saat mengambil keputusan tanpa kekerasan dan tekanan militer. 

Presiden Megawati adalah sosok pemimpin yang tenang dengan kepribadian yang tertutup, namun berpegang pada prinsip yaitu berpolitik dengan ideologi. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah sosok pemimpin yang demokratis dalam mengambil keputusan. Presiden Joko Widodo adalah sosok pemimpin yang partisipatif yaitu selalu ikut terlibat dalam berbagai kegiatan blusukan warga masyarakat.

Saat ini Indonesia sedang berada dalam masa pergantian kepemimpinan menuju Presiden RI yang ke-8 dalam pilpres 2024. Sebagian besar warga masyarakat dipusingkan dengan berbagai analisis dan keluhan akan krisis kepemimpinan di negeri ini. Berbagai spekulasi dan anggapan pemimpin Indonesia yang tidak adil menyebabkan terjadinya ketimpangan sosial. 

Pemimpin yang tidak amanah ini menyebabkan korupsi merajalela. Pemimpin yang tidak berkarakter kuat menimbulkan masyarakat tidak lagi memiliki keseganan dan tak jarang kita dapati kecaman negatif dari masyarakat sebagai aksi protes mereka. Masyarakat Indonesia tidak mendapati pemimpin yang mampu mengayomi seluruh lapisan masyarakat.

Hal ini disebabkan permasalahan di negeri ini semakin kritis dan kompleks saja. Harga kebutuhan pokok terus meningkat hingga mencekik. Jumlah pengangguran semakin banyak, tak jarang pengangguran ini adalah orang-orang yang bergelar sarjana. Begitu minimkah lapangan pekerjaan atau para pengangguran intelektual ini sendiri yang kurang bisa bergerak? 

Kemiskinan terjadi di mana-mana dan semakin bertambah. Wajar jika kemiskinan mendekatkan pada kerusakan demi kerusakan moral. Ditambah lagi tindakan korupsi oleh kaum pemegang kekuasaaan seperti tak kenal jera, selalu terjadi dan terus terulang. Siapa yang patut kita salahkan? Menjadi pemimpin memang tidak mudah sebab yang dipimpin adalah Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai 278,69 juta jiwa (BPS 2023). Namun, bukan tidak mungkin bahwa suatu hari Indonesia bisa memiliki pemimpin yang ideal.

Pemimpin yang ideal adalah solusi bagi bangsa dan negara Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja ini. Pemimpin terbaik sepanjang masa telah dicontohkan oleh Baginda Rasulullah sebagai umat terbaik dan Bapak Pendidikan Nasional Indonesia yaitu Ki hajar Dewantara. Mereka semua adalah contoh nyata sosok pemimpin yang adil, amanah, berkarakter kuat, dan mengayomi. 

Prinsip kepemimpinan Ki Hajar Dewantara adalah Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat dan pembinaan, dari belakang memberikan dorongan kemandirian. Hal ini jangan kita abaikan. Sebagus apapun teori kepemimpinan di negeri ini jika tidak diselaraskan dengan kesadaran menumbuhkan jiwa kepemimpinan tiap-tiap diri kita sebagai manusia yang juga menjadi bagian dari warga masyarakat Indonesia maka semua itu adalah bohong belaka.

Harapan besar berada di pundak calon pemimpin pada pilpres 2024. Kesempatan ini harus menjadi renungan dan perubahan segala kebijakan strategis dalam mengatasi semua masalah dan bencana di negeri ini. Sebaik-baik pemimpin adalah yang mampu menyingkirkan semua kebijakan-kebijakan yang tidak berkontribusi langsung pada lapisan masyarakat dan meneruskan bahkan menyempurnakan kebijakan strategis yang berpihak pada kesejahteraan masyarakat. 

Masyarakat Indonesia juga harus bersikap cerdas dalam memilih pemimpinnya. Jangan hanya terbuai dengan janji dan omongan manis calon pemimpin. Namun harus dilihat dari latar belakang dan pembawaan sosok calon pemimpin.

Indonesia membutuhkan pemimpin yang adil dan berkarakter kuat. Tugas kepemimpinan memang tidak ringan namun memang harus diupayakan untuk terus melakukan transformasi perubahan dari waktu ke waktu. Wahai setiap diri, jangan menjadi pemimpin yang zalim. 

Setiap pemimpin tidak boleh melakukan kezaliman pada orang-orang yang dipimpinnya. Semua kebijakan harus mengacu pada kepentingan yang dipimpinnya. Jika pemerintahan adil, kepemimpinan setiap kepala daerah terkoordinir dengan baik, disertai dengan keselarasan penggunaan alam Indonesia yang makmur. Maka, akan terwujud masyarakat indonesia yang sejahtera.

Staf Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Kotawaringin Barat dan Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang