DPKH Kobar Aplikasikan Transfer Embrio Belgian Blue Cross pada Ternak Sapi

Petugas dari DPKH Kobar melakukan Transfer Embrio pada salah satu ternak sapi di Desa Kubu Kecamatan Kumai pada Selasa (31/8)

MMC Kobar - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Kotawaringin Barat (DPKH Kobar) melaksanakan aplikasi Transfer Embrio (TE) pada sapi milik salah satu peternak (Syahrian) di Desa Kubu Kecamatan Kumai pada Selasa (31/8). Sapi resipien yang diaplikasikan dari rumpun Brahman Cross (BX) dan embrio yang digunakan adalah rumpun Belgian Blue Cross dari BET Cipelang. Resipien tersebut merupakan resipien ke-3 di Kobar yang mendapatkan TE rumpun Belgian Blue Cross.

Tahun 2021 ini DPKH Kobar mendapatkan alokasi embrio dari BET Cipelang sejumlah 20 dosis embrio ternak, dengan rincian embrio Simental 5 dosis, Limousin 5 dosis, Angus 5 dosis dan Belgian Blue Cross 5 Dosis. Embrio Belgian Blue Cross ini merupakan tahun pertama DPKH Kobar mendapat alokasi dari BET Cipelang.

(Baca Juga : Di Tengah Pandemi Covid-19, Pembelian Hewan Kurban di Kobar Tetap Tinggi)

Kamto Widodo sebagai petugas pelaksana Transfer Embrio menjelaskan TE adalah suatu teknik memasukkan embrio ke dalam alat reproduksi ternak betina sehat (resipien) dengan alat tertentu dengan tujuan agar ternak bunting.

"TE merupakan generasi kedua bioteknologi reproduksi setelah Inseminasi Buatan (IB). TE merupakan suatu proses, mulai dari pemilihan sapi-sapi donor, sinkronisasi birahi, superovulasi, inseminasi, koleksi embrio, penanganan dan evakuasi embrio, transfer embrio ke resipien sampai pada pemeriksaan kebuntingan dan kelahiran. Sedangkan tugas dari Dinas yaitu dari menjaring resipien, melaksanakan transfer embrio sampai dengan kelahiran hasil TE,” jelas Kamto.

Kepala Bidang Perbibitan dan Produksi Ternak DPKH, Risanty mengatakan kalau pelaksanaan TE di lapangan yaitu dengan memilih resipien yang tepat dari calon resipien yang sebelumnya disiapkan oleh petugas lapangan wilayah setempat, kemudian diseleksi oleh Tim reproduksi Bidang Perbibitan dan Produksi Ternak.

"Setelah dilakukan aplikasi TE, peternak diharapkan untuk terus memantau ternaknya. Setelah 3 bulan paska di TE peternak harus menghubungi petugas Pemeriksa Kebuntingan (PKb) untuk memastikan adanya kebuntingan atau tidak,” ujar Risanty.

Ditambahkan Risanty, keuntungan dari aplikasi TE ini yaitu apabila ternak sapi yang di-TE  sampai bunting dan melahirkan, maka pedet yang dihasilkan murni 100% adalah dari rumpun sapi unggul hasil TE, baik dari rumpun Simental, Limousin, Angus atau Belgian Blue Cross.

“Peternak pemelihara ternak resipien TE harus memenuhi kebutuhan minum dan pakan hijauan maupun konsentrat untuk ternak resipien TE tersebut agar pertumbuhan bisa optimal dan kebuntingan bisa dijaga dengan baik," imbuhnya.

Sementara itu Plt Kepala Dinas PKH, M. Rosihan Pribadi mengatakan Belgian Blue saat ini merupakan jenis sapi potong yang mulai menjadi primadona di Indonesia, jadi diharapkan dengan adanya TE Belgian Blue Cross ini, kualitas atau mutu sapi di Kobar akan meningkat, jadi nilai jualnya pun akan meningkat.

“Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam menigkatkan produksi daging di Indonesia, tentunya juga meningkatkan perekonomian masyarakat,” ujar Rosihan. (dpkh kobar)