Peninggalan Kyai Gede Magnet Destinasi Wisata Religi di Kecamatan Kotawaringin Lama

MMC Kobar - Kecamatan Kotawaringin Lama adalah salah satu kecamatan tertua yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat, bukti tertuanya kecamatan itu berawal dengan masuknya Kyai Gede, berasal dari Kesultanan Demak yang masuk ke Kutaringin (Kotawaringin) pada tahun 1595 M. Dimana Kyai Gede sendiri yang memiliki nama asli Abdul Qadir Assegaf adalah seorang ulama asal Demak yang mendapatkan tugas dari Pangeran Suriansyah dari Kerajaan Banjar untuk menyebarkan Agama Islam ke Kotawaringin Barat.

Mendapatkan tugas itu Kyai Gede bersama pengikutnya serta Khatib Dayan berangkat menuju Kutawaringin pada tahun 1595 M, dengan menyusuri Sungai Arut dan Sungai Lamandau menggunakan perahu, yang akhirnya Kyai Gede pun bertemu dengan Pangeran Adipati Antakusuma putra dari Sultan Musta’inubillah, raja dari Kerajaan Banjar.

(Baca Juga : 132 KPM di Kecamatan Aruta Ditargetkan Dapatkan BST Covid-19 Tahap Kedua)

Singkatnya, kemudian berdirilah Kerajaan Kutaringin, Kyai Gede diangkat sebagai Mangkubumi pertama yang bergelar Adipati Gede Ing Kutaringin mendampingi Pangeran Adipati Antakusuma.

Kyai Gede meski telah tiada, namun jejak-jejak penyebaran Agama Islam yang ditinggalkannya masih sangat kental hingga kini, bahkan di Kalimantan Tengah sendiri berdirinya Masjid Jami’ Kutaringin atau saat ini dikenal dengan nama Masjid Kyai Gede merupakan masjid tertua di Kalimantan Tengah, ini sebagai bukti adanya penyebaran Agama Islam yang dilakuan oleh Kyai Gede.

Masjid Jami’ Kutaringin yang dibangun dari kayu ulin dan Makam Kyai Gede sendiri yang panjang makamnya mencapai 3 meter itu menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat yang berdatangan, bukan dari regional Kalimantan saja melainkan dari luar pulau Kalimantan untuk melakukan ziarah.

Sehingga peninggalan Kyai Gede menjadi daya tarik yang sangat kuat bagi Kecamatan Kotawaringin Lama sebagai tujuan wisata Religi di Bumi Marunting Batu Aji khususnya dan Kalimantan Tengah pada umumnya.

Selain Makam Kyai Gede dan Masjid Jami’ Kutaringin, disana juga berdiri Astana Al Nurasari. Keberadaannya tidak begitu jauh, baik dari Makam Kyai Gede maupun Masjid Jami’ Kutaringin yang dibangun oleh Kyai Gede pada tempo dulu.

Saat ini ,jangan heran jika Kecamatan Kotawaringin Lama yang memiliki 15 desa dan 2 kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 19.826 jiwa itu selalu dikunjungi wisatawan untuk melakukan wisata religi. Apalagi pada saat Haul Kyai Gede yang dilaksanakan setiap tahun, masyarakat yang hadir bisa mencapai ribuan orang.

Sejalan dengan program prioritas Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat, sektor Pariwisata menjadi skala prioritas pembangunan lima tahun kedepan, maka Pemerintah Kabupaten Kobar pun mulai melakukan peningkatan sarana dan prasarana penunjang wisata di Kecamatan Kotawaringin Lama.

Bupati Kotawaringin Barat Hj Nurhidayah mengatakan bahwa Kecamatan Kotawaringin Lama memiliki lima objek wisata yang akan dijadikan sebagai destinasi wisata selain Makam dan Masjid Kyai Gede, yakni Istana Al Nursari, Danau Masorayan dan Danau Gatal.

“Tetapi dari kelima objek wisata itu yang paling kental adalah wisata religi karena memang ada peninggalan Kyai Gede, sampai pak Gubernur Kalteng pernah meminta kepada pengelola makam Kyai Gede agar membuat silsilah tentang Kyai Gede sehingga pengunjung bisa membaca asal mula kedatangan Kyai Gede dan kaitannya dengan berdirinya kerajaan hingga wafatnya Kyai Gede,” kata Bupati Kobar Hj Nurhidayah.

Bahkan kata Bupati, wisata religi di Kecamatan Kotawaringin Lama seperti wisata Religi Wali Songo. Karena diakui kunjungan masyarakat begitu antusias mendatangi Makam dan masjid Kyai Gede.

Pada tahun 2018 ini, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat mulai menginventarisir aset-aset objek wisata di Kecamatan Kotawaringin Lama. Selain itu di tahun 2018 ini juga ada anggaran untuk rehab Masjid Kyai Gede, sedangkan di tahun 2019 rehab Makam Kyai Gede.

Kecamatan Kotawaringin Lama merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan Kutaringin, sebagai bentuk pelestarian terhadap jejak-jejak sejarah berdirinya Kerajaan Kutaringin, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat merencanakan Kecamatan Kotawaringin Lama sebagai pusat kegiatan Festival Marunting Batu Aji pada tahun 2020.

“Untuk mendukung perhelatan tersebut, mulai tahun 2018 dengan didukung oleh Pemerintah Provinsi sedang digenjot penyelesaian pembangunan jalan menuju Kecamatan Kotawaringin Lama dengan anggaran multiyear,” kata Bupati penuh semangat

Festival itu pun akan dikemas menjadi satu paket dengan perhelatan akbar Haul Kyai Gede, sehingga diharapkan kedua kegiatan itu akan menyedot lebih banyak lagi masyarakat berkunjung ke Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kecamatan Kotawaringin Lama.

“Sektor pariwisata ini merupakan skala prioritas dalam pengembangan pembangunan Kabupaten Kobar lima tahun kedepan karena sektor ini yang langsung bersentuhan dengan masyarakat sebagai pelaku dalam pengembangan wisata, sehingga harapan kami dengan berkembangnya pariwisata maka kesejahteraan masyarakat pun akan cepat terdongkrak,” ucap Bupati.

Sementara itu, Camat Kotawaringin Lama Yudie Huda mengatakan keberadaan objek wisatar religi di wilayahnya sangat membantu perekonomian masyarakat karena dengan banyaknya kunjungan baik ke Makam dan Masjid Kyai Gede, masyarakat yang ada di sekitarnya pun mendapatkan berkah.

“Alhamdulillah saat ini meski hari-hari biasa selalu ada yang berkunjung ke Makam maupun Masjid Kyai Gede, apalagi pada saat haril ibur dan khususnya waktu hari lebaran, jumlah pengunjung begitu padat, hal itu sangat berdampak pada perekonomian masyarakat khususnya masyarakat yang berjualan di sekitar areal dua objek wisata itu,” ujar Camat Kotawaringin Lama.

Menurutnya, yang selalu dicari oleh pengunjung wisata religi di Kecamatan Kotawaringin Lama yakni oleh-oleh seperti gula aren, kerupuk basah dan lahang (air hasil sadapan dari pohon aren). Dengan banyaknya Kunjungan wisata ke Kecamatan Kotawaringin Lama maka masyarakat yang menggeluti usaha itu mendapatkan pendapatan yang besar.

“Belum lagi masyarakat yang buka warung makan, sudah pasti sangat berdampak dengan banyaknya kunjungan wisata itu,” jelasnya.

Camat pun menambahkan keunikan kunjungan wisata religi di Kecamatan Kotawaringin Lama beda dengan kunjungan ke objek wisata lainnya, misalnya di pantai. Dimana menurutnya Kunjungan wisata ke Makam dan Masjid Kyai Gede meski sudah malam pun tetap ada yang bertahan.

“Disinilah keunikannya, jika kalau objek wisata pantai hanya ramai sampai sore hari saja, tetapi disini justru malam hari lebih ramai pengunjung karena pengunjung datang untuk berdoa, sehingga lebih khusyu dan khidmat lagi berdoa pada malam hari,” terang Camat Kotawaringin Lama. (Humas Diskominfo/c-uli)

Advertorial Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat, Terbit di Tabengan, 16 Juli 2018.