Kobar Susun Rencana Aksi Konservasi Duyung dan Lamun

MMC KOBAR - Kotawaringin Barat (Kobar) memiliki potensi luasan padang lamun yang dipercaya menjadi habitat dugong atau duyung di kawasan perairan Gosong Senggora, Gosong Sepagar dan Beras Basah. Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh World Wide Fund for Nature (WWF) di 4 desa pesisir, yakni Desa Kubu, Sungai Bakau, Teluk Bogam dan Keraya. Saat ini penelitian WWF yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah memasuki masa akhir, dan hasil penelitian telah diserahkan kepada pihak KKP. Diakhir masa penelitian, dilakukan penyusunan Rencana Aksi Konservasi (RAK) Duyung dan Lamun untuk 4 desa tersebut oleh kelompok pengawas masyarakat (pokmaswas) dengan didampingi oleh Penyuluh Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Rancangan RAK disusun dengan menetapkan 5 sasaran,10 strategi, 17 kegiatan dan 20 indikator. Kelima sasaran dalam RAK tersebut adalah tersedianya baseline data dan informasi yang terintegrasi dan termutakhirkan; terlindunginya habitat dugong dan lamun dengan status sebagai daerah perlindungan laut; terwujudnya pengelolaan dugong dan habitatnya secara efektif, terpadu dan terukur; terwujudnya kesadaran masyarakat secara luas akan pentingnya konservasi dugong dan lamun sebagai habitatnya; serta terwujudnya penataan dan penegakan hukum.

(Baca Juga : Para Pelaku Usaha Kobar Ikut Berpartisipasi Bantu Penanganan Pandemi Covid-19)

Rancangan RAK tersebut disosialisasikan kepada publik untuk mendapatkan masukan sekaligus kesepakatan pada Kamis (30/8) di Aula Desa Teluk Bogam Kecamatan Kumai. Dalam sosialisasi RAK tersebut, Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kobar Kusmiyatun menyampaikan, bahwa pariwisata menjadi salah satu dari tiga fokus pembangunan daerah periode 2017-2022, untuk itu program/kegiatan RAK yang berkaitan dengan pengembangan wisata agar dapat disesuaikan atau menjadi masukan dalam penyusunan rencana kerja Dinas Pariwisata 2019, yang saat ini tengah berlangsung.

Selain itu, saat ini Bappeda difasilitasi oleh Kementerian Desa sedang menyusun program/kegiatan pengembangan kawasan agro-mina-wisata yang berlokasi di 6 desa pesisir, meliputi Desa Kubu, Sungai Bakau, Teluk Bogam, Keraya, Sebuai dan Sebuai Timur. Untuk itu program/kegiatan yang disusun dalam RAK ini sebaiknya dapat disinkronkan dengan program/kegiatan pengembangan kawasan agro-mina-wisata.

Salah satu tokoh masyarakat Desa Teluk Bogam menyampaikan bahwa Desa Teluk Bogam dulu terdapat pawang atau tokoh yang dapat melakukan ritual memanggil dugong. Ia, yang mengaku sebagai ahli waris sang pawang juga menginformasikan terdapat sisa tulang rangka dugong hasil perburuan beberapa tahun lalu. Pihaknya berharap di Desa Teluk Bogam dapat didirikan museum tentang dugong, dan sisa tulang rangka tersebut dapat digunakan sebagai salah satu bahan display informasi dalam museum.

Dalam rapat tersebut disepakati untuk menambahkan satu sasaran lagi dalam rencana aksi konservasi, yakni terwujudnya pemanfaatan dugong dan habitatnya secara lestari, dengan kegiatan meliputi: mengembangkan wisata bahari berbasis dugong di kawasan Gosong Sepagar, Senggora dan Beras Basah; membangun monumen ikonik untuk memperkuat image sebagai kawasan wisata berbasis dugong; serta menyelenggarakan even kegiatan wisata berbasis dugong dengan memperhatikan kearifan lokal, misalnya: ritual memanggil dugong pada waktu-waktu tertentu.

Menanggapi hasil kesepakatan tersebut, koordinator peneliti WWF Idham Farsa mengapresiasi antusiasme semua pihak yang telah mendukung selesainya penelitian dan penyusunan RAK Duyung dan Lamun ini. Khusus untuk pengembangan wisata berbasis dugong, pihaknya menyampaikan bahwa dengan memperhatikan karakter dugong, serta kondisi perairan yang memiliki tingkat kekeruhan tinggi, maka fokus pengembangan wisata dapat diarahkan pada wisata bahari, seperti menyelam atau snorkeling, sementara melihat atau bertemu dugong merupakan aktivitas bonus saja. Sementara itu, Sekretaris Desa Teluk Bogam Jurham Effendy menyampaikan bahwa pihak desa mengharapkan dukungan banyak pihak untuk mewujudkan mini museum tematik tersebut. Ia menjelaskan bahwa pihak desa siap mendukung pengembangan museum melalui dana desa. (Tra)