Tiga Jurus Dirjen Aptika Ajak Masyarakat Cegah Penyebaran Hoaks

Dari kiri ke kanan, Pendiri Tirto.id, Atmaji Sapto Anggoro, CEO Qlue Raditya Maulana Rusdi, Dirjen Aplikasi Informatika Kemkominfo Semuel Abrijani Pangerapan dan Yosi Mokalu dari CameoProject dalam Talkshow "Bahu-membahu Melawan Berita Palsu", di Menteng, Jakarta, Senin (27/08/2018). (VY)

Jakarta, Kominfo - Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan menyatakan ada tiga hal yang bisa dilakuan oleh masyarakat untuk mencegah penyebaran hoaks di internet, yaitu meningkatkan minat baca, memperkuat referensi dan menjadikan sanggahan lembaga kredibel dalam menghadapi terpaan informasi di internet.

"Pertama, saya imbau masyarakat terus meningkatkan minat baca dalam menghadapi terpaan informasi di internet, mengingat banyaknya informasi palsu yang beredar di ruang siber saat ini," katanya dalam dalam Talkshow "Bahu-membahu Melawan Berita Palsu" di Cocowork D. Lab, Menteng, Jakarta, Senin (27/08/2018).

(Baca Juga : Pemkab Kobar Gelar Pencanangan Vaksinasi Covid-19 Perdana)

Menurut Dirjen Aptika, hal yang dominan terjadi di dunia internet saat ini adalah adanya manipulasi informasi. "Intelegensia kita sedang diuji. Sekarang yang terjadi adalah orang-orang memanipulasi informasi. Kalau mau baca, harus baca beneran. Tidak bisa meluangkan waktu untuk hanya membaca headline-nya, atau paragraf pertamanya. Ini harus ditumbuhkan untuk generasi ini, baca suatu berita itu lengkap,” jelas Dirjen Aptika. 

Hal kedua yang juga penting menurut Dirjen Aptika adalah memperluas referensi untuk menilai dan membandingkan kualitas informasi. Menurutnya referensi dari sumber terpercaya  tepat dalam mencegah penyebaran hoaks. “Referensi sangat penting. Internet itu kan banyak, ngga hanya satu source. Tinggal googling aja tentang itu ada tidak beritanya,” tegas Dirjen Aptika.

Dirjen Semuel menjelaskan bagaimana Kementerian Kominfo ernah terkena manipulasi informasi dan cenderung penyebaran hoaks. Ia menyontohkan bagaimana Siaran Pers dari Humas Kementerian Kominfo disebarluaskan dengan perubahan isi, namun tetap mencantumkan tautan sumber siaran pers asli yang sebenarnya. “Ini aneh, orang berani membuat hoaks tapi mencantumkan link yang sebenernya. Dia tahu, orang tidak akan klik link itu. Masyarakat hanya baca pesan WhatsAppnya saja. Padahal link itu justru meng-counter isi broadcast,” paparnya.

Oleh karena itu, menurut Dirjen Aptika dibutuhkan sanggahan atau klarifikasi dari institusi yang berwenang berkaitan dengan hoaks yang disebarkan. “Harus di-counter dulu, itu penting. Jadi masyarakat punya sumber lain dari yang punya wewenang. Ini akan jadi pembelajaran bagi masyarakat untuk membedakan mana informasi yang benar dan yang hoaks,” tegasnya.

Luncurkan Dashboard Qlue x Kominfo

Dalam acara tersebut berlangsung peluncuran dashboard kerja sama Kementerian Kominfo dan Qlue bertajuk “Indonesia Menolak Dipecah Belah!”. Melalui dashboard tersebut, Qlue memfasilitasi masyarakat untuk dapat langsung melaporkan informasi hoaks atau berita palsu.

“Qlue selama ini banyak laporannya terkait parkir liar, sampah jalan rusak, tapi belum pernah masuk ke dunia maya. Ini kita lihat sebagai kesempatan besar untuk berkontribusi, bagaimana warga bisa turut andil memberi perubahan,” jelas Chief Executive Officer Qlue, Raditya Maulana Rusdi.

Dashboard ini memungkinkan Tim Aduan Konten dari Kominfo mengintegrasikan data yang didapat dari laporan masyarakat baik melalui aplikasi Qlue maupun Situs Aduan Konten Kominfo untuk kemudian dianalisis lebih dalam mengenai penyebaran konten negatif. (VY)