Pertumbuhan Ekonomi 5,17 Persen, Pengangguran Berkurang 40 Ribu Orang

Mahasiwi Poman Astra mengikuti praktikum di Politeknik Manufaktur Astra, Jakarta, Kamis (1/11/2018). Pemerintah memfokuskan pembangunan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan pendidikan dan pelatihan vokasi sebagai salah satu bagian dari kebijakan pemerataan ekonomi dan menyambut industri 4.0. (antarafoto)

Jakarta, Kominfo - Pada Triwulan III Tahun 2018 dibanding periode yang sama tahun lalu pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai sebesar 5,17 persen.  Menurut Kepala  Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat kenaikan sebesar 3,09 persen dibanding dengan triwulan II-2018.

“Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 9,19 persen; diikuti Informasi dan Komunikasi sebesar 8,98 persen; dan Jasa Perusahaan sebesar 8,67 persen,” kata Kepala BPS, Suhariyanto, dalam konferensi pers di kantor BPS Pusat, Jakarta, Senin (5/11) siang.

(Baca Juga : Gelar PKN Revolusi Mental, Wujudkan Layanan Publik Terbaik )

Berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III-2018 (y-on-y), menurut Kepala BPS, sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari Lapangan Usaha Industri Pengolahan 0,91 persen; diikuti Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil-Sepeda Motor 0,69 persen; Konstruksi 0,57 persen; dan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,49 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi lapangan usaha lainnya sebesar 2,51 persen.

Struktur PDB Indonesia menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada triwulan III-2018, menurut Suhariyanto, tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Industri Pengolahan; Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil-Sepeda Motor; dan Konstruksi masih mendominasi PDB Indonesia.

Secara keseluruhan, Suhariyanto menyampaikan, ekonomi Indonesia sampai dengan triwulan III-2018 (c-to-c) tumbuh 5,17 persen, meningkat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2017 yang mencapai 5,03 persen.

Menurut Kepala BPS, pertumbuhan terjadi pada semua lapangan usaha. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Jasa Lainnya sebesar 8,95 persen; diikuti Jasa Perusahaan 8,54 persen; dan Informasi dan Komunikasi 7,80  persen.

Di sisi lain, lanjut Kepala BPS, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian merupakan lapangan usaha dengan kumulatif pertumbuhan ekonomi terendah.

Dominasi Jawa

Kepala BPS Suhariyanto mengemukakan, struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan III-2018 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 58,57 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatra  21,53 persen, Pulau Kalimantan 8,07 persen, Pulau Sulawesi 6,28 persen, dan sisanya 5,55 persen di pulau-pulau lainnya. 

Penggangguran Berkurang

Adapun jumlah angkatan kerja pada Agustus 2018 sebanyak 131,01 juta orang, dengan rincian sebanyak 124,01 juta orang adalah penduduk bekerja, sedangkan sebanyak 7 juta orang menganggur.

“Dibanding setahun yang lalu, jumlah penduduk bekerja bertambah 2,99 juta orang, sedangkan pengangguran berkurang 40 ribu orang,” jelas Suhariyanto.

Struktur penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan pada Agustus 2018, menurut Kepala BPS, masih didominasi oleh tiga lapangan pekerjaan utama, yaitu: Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 28,79 persen; Perdagangan sebesar 18,61 persen; dan Industri Pengolahan sebesar 14,72 persen.

Berdasarkan tren lapangan pekerjaan selama Agustus 2017–Agustus 2018, BPS mencatat lapangan usaha yang mengalami peningkatan persentase penduduk yang bekerja terutama pada Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (0,47 persen poin), Industri Pengolahan (0,21 persen poin), dan Transportasi (0,17 persen poin).

Sementara lapangan pekerjaan yang mengalami penurunan utamanya pada Pertanian (0,89 persen poin), Jasa Lainnya (0,11 persen poin), dan Jasa Pendidikan (0,05 persen poin).

Menurut Kepala BPS Suhariyanto, dari seluruh penduduk bekerja pada Agustus 2018, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan/pegawai (39,70 persen). Diikuti status berusaha sendiri (19,05 persen), berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar (15,76 persen), dan pekerja keluarga (12,21 persen).

“Sementara penduduk yang bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap memiliki persentase yang paling kecil, yaitu sebesar 3,46 persen,” sambung Suhariyanto.

Dalam setahun terakhir (Agustus 2017–Agustus 2018), menurut Kepala BPS, peningkatan persentase penduduk bekerja terdapat pada status berusaha dibantu buruh tidak tetap (0,87 persen poin) dan berusaha dibantu buruh tetap (0,20 persen poin).

Sedangkan penurunan terjadi pada status pekerja bebas di pertanian sebesar 0,63 persen poin, pekerja bebas di nonpertanian sebesar 0,30 persen poin, berusaha sendiri sebesar 0,08 persen poin, pekerja keluarga sebesar 0,05 persen poin, dan buruh/karyawan/pegawai sebesar 0,01 persen poin.

Ditambahkan Suhariyanto, pada Agustus 2018 sebanyak 53,52 juta orang (43,16 persen) penduduk bekerja pada kegiatan formal dan sebanyak 70,49 juta orang (56,84 persen) bekerja pada kegiatan informal.

“Selama setahun terakhir, pekerja informal turun sebesar 0,19 persen poin dibanding Agustus 2017,” ungkap Suhariyanto.

Adapun berdasarkan tingkat pendidikan, Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2018 masih didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan SD ke bawah sebanyak 50,46 juta orang (40,69 persen), SMP sebanyak 22,43 juta orang (18,09 persen), SMA sebanyak 22,34 juta orang (18,01 persen), dan SMK sebanyak 13,68 juta orang (11,03 persen).

“Penduduk bekerja berpendidikan tinggi (Diploma ke atas) ada sebanyak 15,10 juta orang (12,18 persen) mencakup 3,45 juta orang berpendidikan Diploma dan 11,65 juta orang berpendidikan Universitas,” pungkas Suhariyanto.