Pangkalan Bun Miliki Varietas Lada Nasional

Pakar dan pemulia tanaman rempah dan obat Endang Hadipoentyanti dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (baju kaos dan topi pink) ketika berada di kebun lada milik Haji Samsul di Desa Sumber Mukti Kecamatan Kotawaringin Lama. (Syarif HD/DTPHP)

MMC KOBAR - Lada (Piper Nigrum Linn) merupakan tanaman rempah yang tumbuh memanjat dan termasuk family Piperaceae. Lada merupakan tanaman rempah yang cukup penting baik ditinjau dari segi perannya dalam menyumbang devisa negara, penyedia lapangan kerja, bahan baku industri dalam negeri dan kegunaannya yang sangat khas yang tidak dapat diganti dengan rempah lain. Dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 10/Permentan/OT.140/1/2013 dijelaskan bahwa ada beberapa varietas lada unggulan di Indonesia, salah satunya adalah varietas bengkayang yang berasal dari Pangkalan Bun.

Banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa varietas lada bengkayang berasal dari Pangkalan Bun. Hal ini mengingat bahwa nama bengkayang sendiri adalah salah satu kabupaten yang terletak di sebelah utara Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), sehingga ekspektasi masyarakat menganggap bahwa lada bengkayang berasal dari Kalbar. Padahal meskipun nama yang disematkan dalam varietas lada unggul nasional merupakan nama kabupaten di Kalbar, akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa varietas ini berasal dari Pangkalan Bun. Hal ini dijelaskan oleh Endang Hadipoentyanti dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) pada kunjungannya di Pangkalan Bun, Kamis (6/12).

(Baca Juga : Kartu Keluarga Tahun 2016-2018 Didistribusikan Ke Pemdes)

Menurutnya, hal itu perlu disosialisasikan ke masyarakat dan petani, khususnya di Kobar, sehingga setidaknya petani memiliki rasa bangga bahwa salah satu varietas lada unggulan nasional ternyata berasal dari Pangkalan Bun.

Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa jejak-jejak kejayaan lada di Pangkalan Bun masih terlihat dari beberapa kebun lada yang masih dipelihara oleh petani-petani lada di Kotawaringin Barat, bahkan kejayaan lada diabadikan menjadi nama desa Lada Mandala Jaya dan Kecamatan Pangkalan Lada yang menunjukkan kejayaan lada di Pangkalan Bun dimasa lalu.

“Akan tetapi seiring dengan kondisi harga komoditi lada yang menurun dalam 10 tahun terakhir membuat perkembangan budidaya tanaman lada semakin menurun di Kobar,” katanya.

Untuk mengantisipasi kelangkaan lada bengkayang di masa mendatang, diperlukan petani-petani militan yaitu petani yang tidak terpengaruh dengan kondisi pasar, meskipun harga lada tidak bersahabat, tetapi dia tetap membudidayakan lada. Selain itu juga disiapkan kebun induk lada yang menyediakan bibit lada bersertikat yang siap untuk menyalurkan bibit dalam jumlah banyak ke masyarakat.

“Dengan begitu diharapkan varietas lada bengkayang yang berasal dari Pangkalan Bun, tidak punah di tempat asalnya,” pungkasnya menutup pembicaraan. (Syarif HD/DTPHP)

Deskripsi Lada Varietas Bengkayang

Asal

:

Pangkalan Bun

Panjang tangkai daun

:

1,579 cm

Bentuk tangkai daun

:

Bulat teratur

Bentuk daun

:

Bulat telur

Ratio panjang/lebar

:

1.941

Pertulangan daun

:

Menyirip

Warna daun

:

Hijau tua

Ujung daun

:

Meruncing

Kaki daun

:

Tumpul hingga oblique

Permukaan daun

:

Licin

Bentuk batang

:

Agak pipih

Warna batang muda

:

Hijau muda

Panjang ruas batang

:

5,79 cm

Pencabangan

:

Menggarpu

Pancang ruas cabang

:

4,58 cm

Sulur gantung/sulur tanah

:

Banyak

Jumlah akar lekat

:

Banyak

Daya lekat akar

:

Kuat

Rata-rata tandan percabang

:

42,60 tandan

Panjang tandan

:

9,834 cm

Sifat pembungaan

:

Serempak

Umur mulai berbunga

:

10 bulan

Bentuk buah

:

Bulat

Warna buah muda

:

Hijau muda

Warna buah masak

:

Kuning kemerahan

Mulai berbunga sampai dengan buah masak

:

189 hari

Rata-rata buah pertandan

:

85,22 buah

Persentase buah sempurna

:

68,30 %

Berat 1.000 buah kering

:

62,45 gram

Berat 1.000 biji kering

:

43,92 gram

Rata-rata hasil

:

4,669 ton/ha

Ketahanan terhadap penyakit

:

Toleran terhadap penyakit kuning, toleran terhadap busuk pangkal batang.  

Keterangan

:

Dapat dianjurkan untuk ditanam di daerah yang kurang subur. Memakai tiang panjat mati dan mulsa lebih baik.

Peneliti

:

Auzay Hamid, Yang Nuryati dan Pasril Wahid

Sumber: Peraturan Menteri Pertanian No. 10/Permentan/OT.140/1/2013, Halaman 33.