Kobar Kembangkan Potensi Wisata Budaya

MMC Kobar - Geliat pariwisata di Bumi Marunting Batu Aji, julukan Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), benar-benar luar biasa dan terus berkembang. Tidak salah, jika Bupati Kobar Hj Nurhidayah dan Wakil Bupati Ahmadi Riansyah (Nurani) memasukan pengembangan pariwisata di dalam salah satu program nawacitanya lima tahun ke depan.

Kobar memang terkenal dengan wisata alamnya Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) yang berada di Kecamatan Kumai. Bahkan, daya tarik wisatawan mancanegara (Wisman) sangat besar untuk berkunjung ke tempat populasi orangutan terbesar di dunia tersebut. Meskipun demikian, di bawah kepemimpinan pemerintahan Nurani ini, tak hanya fokus pengembangkan wisata alam, wisata bahari atau kelautan saja yang dikembangkan.

(Baca Juga : Cegah Sampah Plastik, Daging Qurban Dibagikan Dengan Pelepah Pisang)

Pemkab Kobar yang telah memasukan pariwisata sebagai program nawacitanya juga melirik potensi wisata lainnya. Wisata budaya, sejarah dan religi juga menjadi fokus utama lima tahun ke depan.

Desa Pasir Panjang, Kecamatan Arut Selatan salah satu desa di dekat perkotaan yang masih mempertahankan adat istiadat suku Dayak dipromosikan menjadi tempat wisata budaya. Desa ini, tak hanya memiliki alam yang masih lestari dan terjaga. Di desa ini juga ada rumah betang yang dibangun di pinggir jalan dan menjadi tujuan wisata di Pangkalan Bun. Apalagi, letak rumah betang suku Dayak ini berada di jalur menuju TNTP dan wisata bahari di pesisir Kotawaringin Barat.

Untuk menarik wisatawan lokal dan mancanegara berkunjung ke Desa Pasir Panjang, ke depan pemerintah juga akan menggelar olahraga-olahraga tradisional khas suku Dayak seperti menyumpit dan memanah. Lomba olahraga tradisional itu menjadi pengembangan pariwisata yang akan dijual kepada wisatawan, agar berkunjung ke Desa Pasir Panjang.

Desa yang dikenal sebagai jalur masuk dan keluar bagi wisatawan yang ingin berkunjung TNTP diharapkan dapat menyuguhkan olahraga tersebut (panahan dan menyumpit) berserta atraksi lainnya, itu untuk menambah daya tarik sekaligus memperkenalkan budaya lokal kepada wistawan yang berkunjung ke Kobar.

Tak hanya itu Bupati Kobar Hj Nurhidayah ingin memasukan olahraga memanah dan menyumpit, menjadi ajang festival yang digelar rutin tiap tahun, agar bisa disuguhkan kepada wisatawan sekaligus edukasi kepada warga lokal untuk mempertahankan adat dan budaya setempat.

“Ke depan kegiatan memanah dan menyumpit menjadi kegiatan festival agenda tahunan,” ujar Nurhidayah.

Hj Nurhidayah menjelaskan, selain untuk melestarikan budaya daerah, olahraga ini juga untuk memperkenalkan sekaligus menjadi daya tarik bagi wisatawan asing agar tidak hanya berkunjung ke TNTP. Namun juga bisa menambah wawasan mereka tentang adat dan budaya lokal hingga kelestariannya dapat terjaga.

“Jadi kita menawarkan sesuatu yang lebih kepada wisatawan, ketika dia berkunjung dan pulang dari TNTP bisa lebih mengenal budaya lokal yang ada di Desa Pasir Panjang,” jelas bupati perempuan pertama di Kalteng ini.

Dengan demikian masyarakat yang ada di sekitar lokasi bisa diberdayakan dari segi pendapatanya akibat kunjungan wisatawan tersebut.

"Selain itu, ekonomi masyarakat juga dapat terbantu melaui kunjungan wisatawan yang singgah," imbuhnya.

Terpisah, Kepala Desa Pasir Panjang Tamel mengatakan, pihaknya akan mencoba merealisasikan apa yang diminta oleh Bupati Kobar, bahwa Desa Pasir Panjang menjadi Desa Wisata yang merupakan satu jalur transportasi dari Bandara menuju TNTP. Sehingga sebelum atau sesudah ke TNTP diharapkan wisatawan dapat singgah untuk menikmati suguhan budaya tradisional ada.

“Akan kita realisasikan jadi wisatawan tidak hanya menikmati TNTP, jadi bisa menikmati olah raga tradisional menyumpit dan memanah ini,” pungkasnya.

Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kobar Gusti Imansyah mengatakan, sebenarnya lomba budaya dan kearifan lokal sudah rutin dilaksanakan di dalam Festival Budaya Marunting Batu Aji. Akan tetapi, kedepan, kata dia, untuk lomba budaya akan dijadikan event tetap sebagai daya tarik wisata.

“Lomba-lomba budaya ini sudah masuk ke dalam event wisata,” ujarnya.

Sementara untuk Desa Pasir Panjang, lanjut Gusti, sebenarnya sudah menjadi agenda kunjungan wisatawan mancanegara.

“Dengan kekhasan budayanya, tinggal dari kita mempromosi dan fasilitas lainnya,” ungkap Gusti Imansyah.  

Salah satu cara Pemkab Kobar mempertahankan budaya dan kearifan lokal, saban tahun dilaksanakan Festival Budaya Marunting Batu Aji (FBMBA) dan Festival Budaya Kobar.

“Agenda rutin tahunan ini memiliki makna dalam upaya menjaga, melestarikan, serta mewariskan budaya lokal kepada generasi penerus bangsa, juga sebagai ajang hiburan untuk masyarakat,” kata Bupai Kobar Hj Nurhidayah.  

Selain itu, kata Nurhidayah, melalui even tersebut diharapkan bisa menggali berbagai potensi industri kreatif yang berkaitan dengan kebudayaan dan kearifan lokal di Kobar.

“Modal kebudayan dan kearifan lokal tersebut menjadi sumber kekuatan industri kreatif yang jarang dimiliki oleh bangsa lain,” kata Hj Nurhidayah.

Melalui event FMBA dan Festival Budaya Kobar, berbagai potensi budaya kearifan lokal dan kreativitas yang selama ini menjadi akar tradisi bagi kehidupan yang harmonis dan damai juga bisa terus dibina, sebagai jati diri masyarakat Kobar yang berada di tengah dunia modern.

“Sekaligus ini juga menjadi aset periwisata yang dapat menarik banyak kunjungan wisatawan,” ujarnya.

Pertengah April lalu, Bupati Kobar Hj Nurhidayah menghadiri pemancangan tiang pertama pembangunan Balai Adat Kaharingan, di Desa Pasir Panjang. Lokasi pembangunan Balai Adat Kaharingan yang menggunakan Alokasi Dana Desa (ADD) dan dana bagi hasil pajak dan retribusi daerah sebesar Rp 489.284.000 tersebut bersebelahan dengan dua tempat ibadat lainnya yakni Gereja dan Masjid.

Bupati Kobar Hj Nurhidayah dalam kesempatannya menyampaikan bahwa, pemancangan tiang pertama pembangunan Balai Adat Kaharingan merupakan bentuk apresiasi kepada pemeluk agama Hindu Kaharingan mengingat bahwa Kabupaten Kobar merupakan salah satu Kabupaten yang sangat majemuk yang terdiri dari berbagai suku, budaya dan agama yang hidup rukun berdampingan.

"Seperti kita lihat bahwa ada tiga bangunan rumah ibadah Masjid, Gereja dan Balai Adat Kaharingan yang berdampingan sehingga ini contoh bukan saja warga Kobar tetapi Kalimantan Tengah bahwa masyarakat di Bumi Marunting Batu Aji pemeluk agamanya hidup rukun dan damai," tegas Nurhidayah. (Humas Diskominfo Kobar)

Advertorial Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat, Terbit di Kalteng Pos, 23 Mei 2018.