Festival Kriang- Kriut 2019 Semarakkan Bulan Suci Ramadhan

Bupati Kobar, Hj. Nurhidayah saat menyampaikan sambutannya pada Acara Festival Kriang-Kriut yang digelar di kawasan Kampung Sega Mendawai (Waterfront City), Minggu (26/05). (prokom kobar)

MMC Kobar - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotawaringin Barat (Kobar) kembali menggelar Festival Kriang-Kriut, yang pada tahun sebelumnya bernama Festival Obor / pelita dan diinisiasi oleh pihak kelurahan Mendawai kali ini dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud).

Festival Kriang-Kriut tahun 2019 kali ini diikuti oleh masyarakat di bantaran sungai Arut yang terdiri dari lima kelurahan, diantaranya ialah kelurahan Mendawai, kelurahan Mendawai Seberang, kelurahan Raja, kelurahan Raja Seberang dan kelurahan Baru. Seremoni pembukaan dilaksanakan pada Minggu malam (26/5) di kawasan Kampung Sega Mendawai (Waterfront City) oleh Bupati Kobar Hj. Nurhidayah, S.H.,M.H. yang ditandai dengan pemukulan kendang dan penyalaan kriang-kriung. Festival ini akan berlangsung selama lima hari hingga 30 Mei 2019.

(Baca Juga : Inilah Tiga Tipe Pelaku Penyebaran Hoaks di Dunia Maya)

Dalam sambutannya Hj. Nurhidayah menyampaikan jika festival ini memiliki makna strategis dalam upaya menjaga dan melestarikan  sekaligus mewariskan peninggalan budaya kepada generasi penerus.

“Selain sebagai sarana hiburan, kegiatan ini merupakan event yang bertujuan untuk menggali kreatifitas dan rasa memiliki terhadap budaya nasional terutama budaya daerah,” kata Hj. Nurhidayah.

Kriang-kriut adalah sebutan warga Pangkalan Bun (Mendawai) bagi pelita / obor, beberapa warga menyebutnya dengan lampu canting. Budaya Kriang-Kriut ini dahulu dilakukan sebagian warga Kobar untuk menyambut bulan suci Ramadhan dengan cara menyalakan lampu canting yang ditempatkan di halaman rumah. Namun karena perkembangan jaman, budaya menyalakan Kriang-Kriut belakangan mulai tidak dilakukan.

Saat ini, Kriang-Kriut mulai digelar kembali dalam bentuk festival. Bagi generasi tua kegiatan ini menjadi momen kilas balik mengenang masa lalu, dan bagi generasi muda, kegiatan ini mampu menjadi media pembelajaran akan budaya leluhur.

Hj. Nurhidayah menambahkan, festival ini mampu menjadi ruang dan sarana untuk mengenalkan seni budaya tradisi Kotawaringin Barat kepada seluruh lapisan masyarakat, baik di tingkat lokal maupun nasional, bahkan ke mancanegara. Hj. Nurhidayah juga meyakini jika festival ini menambah khasanah baru dalam pengembangan pariwisata di Kobar termasuk juga akan mendorong bertumbuhnya ekonomi kreatif.

Hj. Nurhidayah berharap, melalui festival Kriang-Kriut ini, berbagai potensi seni budaya, kearifan lokal dan kratifitas yang selama ini menjadi akar tradisi akan tersu terbina dan ditumbuhkembangkan. Dirinya yakin jika festival ini akan menjadi aset budaya dan pariwisata yang nantinya akan dapat menarik kunjungan wisatawan. (c. ribut/prokom kobar)